Tolak Timnas Israel, Melawan Statuta FIFA soal Netralitas dan Non Diskriminatif

Share:

Dirk Soplanit diapit Ketum PSSI Eric Tohir dań Wakil Ketum PSSI Ratu Tisha

satumalukuID - Penolakan beberapa pihak terhadap kehadiran tim nasional (timnas) Israel ikut Piala Dunia (PD) Under 20 (U20) yang rencananya digelar pada 20 Mei hingga 1 Juni 2023 di Indonesia, sangat disayangkan.

Pasalnya, hal itu kontradiktif atau berlawanan dengan statuta badan sepakbola dunia atau FIFA yang diadopsi oleh PSSI maupun federasi sepakbola di seluruh negara anggotanya.

Demikian disampaikan mantan Anggota Eksekutif Komite (Exco) PSSI dua periode, Dirk Soplanit kepada media ini, Selasa (28/3/2023).

"PSSI dan sepakbola Indonesia sangat terancam eksistensinya ke depan. Karena Pasal 7 Statuta PSSI tahun 2018 itu diangkat dari Statuta FIFA dan seluruh federasi sepakbola di dunia mencantumkan bunyi pasal tersebut," ungkap Soplanit.

Dalam Statuta PSSI Edisi 2019 Pasal 7 tentang Netralitas dan Non Diskriminasi di Point 1 menyatakan bahwa, PSSI netral dan tidak memihak dalam hal politik, suku, agama, ras dan golongan tertentu serta memastikan anggotanya tetap netral dan tidak memihak.

Point 2 berbunyi, PSSI harus tetap jaga Independensi dan Netraliitas dalam menjalankan segala urusannya serta menghindari segala bentuk gangguan atau campur tangan politik.

Poin 3 yaitu dalam menjalankan tujuan, kegiatan dan urusannya tersebut, PSSI tidak dapat diintervensi oleh pihak luar manapun.

Point 4 nya yakni segala bentuk diskriminasi terhadap suatu negara, perorangan, kelompok, ras, warna kulit, etnis, jenis kelamin, bahasa, agama, perbedaan pendapat dan alasan lainnya adalah sangat diĺarang dan dapat diberikan hukuman atau tindakan disiplin lainnya

Sedangkan pada Pasal 8 tentang Hubungan Persahabatan khususnya Point 1 dijelaskan, PSSI mendukung hubungan persahabatan antara seluruh anggota, pengurus, klub, ofisial, pemain, dan masyarakat untuk tujuan kemanusiaan.

Menurut Soplanit yang juga mantan Direktur Liga Indonesia Baru (LIB) ini, melanggar statuta tersebut termasuk pelanggaran berat. 

Apalagi pernyataan beberapa pejabat, parpol, ormas dan keputusan Gubernur Jawa Tengah dan Bali yang menolak wilayahnya jadi tempat pertandingan timnas Israel. Akibatnya drawing atau pengundian grup Piala Dunia U20 oleh FIFA yang dijadwalkan 31 Maret 2023 di Bali ditunda.

"Terutama pernyataan Gubernur Bali. Itu jelas tidak sejalan dengan komitmennya yang sudah ditandatangani semula. Dan kini baru membatalkan Bali sebagai salah kota/host pelaksnaan Piala Dunia U-29 termasuk untuk drawing. Ini aneh," ujarnya.

Untuk diketahui, kepala pemerintahan yang berminat menggelar kompetisi sudah menandatangani perjanjian selaku kota tuan rumah pada 2019, ketika Indonesia mengajukan pencalonan ke FIFA.

Dalam dokumen tersebut, para kepala daerah itu adalah I Wayan Koster (Gubernur Bali), Ridwan Kamil (Gubernur Jawa Barat), Herman Deru (Gubernur Sumatera Selatan), Gibran Rakabuming Raka (Wali Kota Solo), Anies Baswedan (ketika itu Gubernur DKI Jakarta), dan Eri Cahyadi (Wali Kota Surabaya).  

"Kalau diplomasi tidak berhasil, sanksinya cukup berat bagi PSSI,. Semoga ada jalan terbuka atau solusinya. Kalaupun FIFA membatalkan Piala Dunia U 20 di Indonesia, namun PSSI tidak diberi sanksi. Itu kita sangat berharap," tutur Soplanit, sedih. (NP)

Share:
Komentar

Berita Terkini