Arti Bulan Desember Bagi Umat Kristiani di Maluku; Pohon Terang, Sinterklaas dan Perayaan Natal

Share:

satumalukuID – Umat Kristiani di Maluku selalu merindukan datangnya bulan Desember. Selain ingin merayakan Natal Kristus, Bulan Desember bagi umat Kristiani merupakan bulan penuh siraman rohani yang dibalut semangat kekeluargaan.

Memang, puncak peringatan Natal baru akan dirayakan pada 25 Desember. Biasanya, diawali ibadah malam Natal pada 24 Desember dan dilanjutkan ibadah Natal pada 25 Desember pagi.

Tetapi, bagi umat Kristiani di Maluku, semangat merayakan Natal tidak hanya pada 25 Desember. Sejak Oktober atau November sudah ada pembahasan soal Natal. Minimal, pembentukan Panitia Perayaan Natal dan aksi pencarian dana.

Belum lagi pada hari-hari terakhir Bulan November, keluarga Kristiani sudah sibuk belanja pernak-pernik dan memasang pohon Natal yang dalam bahasa Ambon disebut Pohon Terang. Tujuannya begitu menginjak 1 Desember, rumahnya sudah dihiasi dengan kehadiran Pohon Natal yang dipajang sepanjang Bulan Desember.

Memajang pohon Natal di rumah (maupun di tempat-tempat umum) di Bulan Desember bukanlah tradisi gerejawi. Tetapi hanya kebiasaan atau tradisi masyarakat Kristiani untuk meyambut dan memeriahkan Hari Natal.

Banyak versi terkait asal-usul tradisi memajang pohon Natal tersebut. Tetapi yang pasti, kebiasaan ini lahir dari tradisi masyarakat Kristiani di Eropa dan Amerika. Kebetulan Portugis dan Belanda lama bercokol di Maluku, maka jadilah kebudayaan tersebut membaur dalam budaya masyarakat Kristen Maluku.

Usai sibuk-sibuk memajang pohon Natal, biasanya keluarga-keluarga Kristiani di Maluku, ditunggu kesibukan baru, yakni menghadiri atau menjadi panitia perayaan Natal. Warga Kristiani di Maluku umumnya hampir setiap dua hari sampai tiga hari sekali mengikuti ibadah Natal. Bahkan ada majelis dan pelayan gereja serta sejumlah masyarakat yang setiap hari mengikuti ibadah perayaan Natal.

Maklum di Maluku itu, banyak acara Natal yang digelar. Ada Natal Unit yaitu Natal setingkat Rukun Tetangga (RT), ada Natal Sektor atau setingkat Rukun Warga (RW), dan ada juga Natal Jemaat atau setingkat Natal Negeri (kampung). Itu sudah pasti setiap tahun menjadi agenda rutin.

Belum lagi acara Natal sekolah minggu, Natal Remaja, Natal Pemuda, Natal Kaum Ibu, dan Natal Kaum Bapa, yang merupakan bagian dari struktur organisasi gereja.

Di luar itu, masih ada lagi acara Natal Keluarga Besar, Natal Marga, Natal Negeri asal (kampung halaman), dan Natal Pela Gandong, dan Natal Sekolah, Natal Fakultas, Natal Kampus, Natal alumni, Natal Kantor tempat bekerja, Natal Komunitas bermain, Natal Persekutuan Doa dan lain sebagainya.

Di setiap acara Natal, nuansa kekeluargaan sangat terasa. Apalagi umumnya mereka semua terlibat dalam persiapan hingga pelaksanaan acara.

Makanya, bulan Desember selalu menjadi ajang reuni. Sampai-sampai banyak orang Maluku beragama Kristen di perantauan selalu dibalut rasa rindu menikmati lagi suasana seperti ini.

Biasanya bagi para perantau, pulang kampung di bulan Desember punya nilai plus. Selain momentum bertemu keluarga dan merayakan Natal, juga sudah pasti mereka akan bertemu dengan keluarga besar dan teman-teman masa kecil sampai remaja. Juga akan berjumpa dengan oom-om, tante, oma, opa, dan semua basudara yang dikasihi.

Yang menarik, di sela-sela kesibukan mengikuti berbagai acara Natal, pada Bulan Desember, ada sebuah tradisi yang juga dipertahankan hingga saat ini, yaitu sinterklaas. Pada minggu-minggu awal Bulan Desember  kita terbiasa melihat berbagai konvoi sinterklaas di jalan-jalan raya yang datang ke rumah-rumah warga.

Anggota rombongan sinterklaas itu biasanya adalah para pemuda-pemudi gereja. Mereka memanfaatkan momentum tersebut untuk mencari dana bagi pelaksanaan Natal Pemuda atau Natal Komunitas.

Biasanya, para pemuda yang akan membentuk rombongan sinterklaas sudah menghubungi lebih dulu para orang tua yang mempunyai anak kecil dan menawarkan jasa mereka untuk datang memberi kado Natal kepada anak-anak.

Lucunya sinterklaas tidak sendiri. dia datang ditemani Piet Hitam (zwartepiet). Sinterklaas memainkan peran sebagai bapak yang baik dan dermawan, sedang zwartepiet yang didandani serba hitam, dikesankan sebagai orang yang galak, suka menghukum anak-anak nakal.

Nah, biasanya anak-anak nakal paling takut jika didatangi zwartepiet. Mereka akan ditakuti-takuti bahkan diancam masukin ke dalam karung, jika tidak berjanji akan menjadi anak yang baik.

Bagaimana sejarah Sinterklaas bisa menjadi tradisi yang dilaksanakan setiap Bulan Desember? Banyak versi ceritanya juga. Ada yang menyebut tradisi sinterklaas di Maluku sangat terpengaruh dari tradisi serupa di Belanda “Sinterklaas feest”.

Menurut tradisi, Sinterklaas datang dari Spanyol (Spanje) bersama dengan asisten bernama Piet hitam (Zwartepiet). Mereka datang dengan kapal uap (stoomboot). Setelah tiba di Belanda, Sinterklaas akan berkeliling dengan kuda putihnya.

Ada kesamaan tradisi di Ambon dan Belanda. Pertama, sama-sama diadakan di awal bulan Desember. Di Belanda “Sinterklaas feest” selalu diadakan antara tgl 5-6 Desember.

Sinterklaas adalah tradisi yang dipercaya oleh anak-anak di Belanda dan Belgia sebelah utara yang dianggap berasal dari Spanyol. Pakaiannya berupa jubah panjang berwarna merah, dengan penampilan seperti uskup. Tradisi Sinterklaas dipercaya berasal dari legenda Santo Nikolas.

Sedangkan tradisi Santa Claus dipercaya oleh anak-anak dari Amerika Utara (USA & Kanada). Santa Claus berasal dari Kutub Utara. Santa Claus digambarkan sebagai kakek tua dan gendut.

Yang pasti sinterklaas dan Pohon Terang sudah membudaya di kalangan masyarakat Kristiani Maluku. Dan, semua euforia di balik itu memiliki makna kekeluargaan serta kebaikan dalam menjalani hidup. (petra josua)

Share:
Komentar

Berita Terkini