The Debtfathers, Dinasti Penagih Utang dari Timur sudah Jutaan Viewer

Share:

satumaluku.id- Sebuah liputan dokumenter yang dirilis Vice Indonesia di Youtube 30 Juni 2018 lalu cukup menghebohkan. Mengapa? Karena mengisahkan tentang sepak terjang debt collector atau penagih utang asal Maluku yang beroperasi di Jakarta dan sekitarnya.

Diprediksi, belasan bahkan puluhan juta pasang mata sudah menyaksikan film dokumenter bertajuk The Debtfathers; Dinasti Penagih Utang dari Timur.

Akun resmi Vice Indonesia di youtube mencatat, jumlah viewer sudah hampir mencapai 3 juta pasang mata, saat tulisan ini dirilis. Itu belum termasuk dengan jumlah viewer yang menonton liputan tersebut di akun-akun lain yang meng-copy dan ikut menyebarkan video tersebut.

Dalam ffilm pendek itu, dikisahkan mengapa banyak perantau Maluku di Jakarta dan sekitarnya akhirnya memilih menjadi debt collector. Selain karena adanya diskriminasi dan faktor ekonomi, hal itu tak lepas dari “tradisi” ikatan persaudaraan yang kuat sebagai sesama perantau di kota besar.

Bagaimana seorang cara debt collector asal Maluku membangun reputasinya agar disegani kelompoknya sendiri maupun kelompok yang lain turut digali dari reporter Vice Indonesia. Bahkan terungkap, penjara menjadi sekolah kehidupan dan ajang pembelajaran untuk naik kelas di dunia yang keras ini.

Film dibuka dengan aktivitas cara para debt collector menghadapi debitur-debitur yang bandel yang belum juga melunasi utangnya. Namun ditutup dengan, sang reporter yang menuturkan, “Meskipun mereka terlihat seperti orang-orang yang tangguh.Kita mungkin bertanya apakah mereka sebenarnya korban juga. Korban dari masyarakat yang memarjinalkan masyarakat Indonesia Timur, dan bank yang tidak punya masalah dengan mengeksploitasi stereotip tersebut untuk mendapatkan uang mereka.”

Menariknya, salah satu tokoh yang menjadi narasumber dalam cerita ini, kepada satumaluku.id mengaku, pasca dokumenter ini ramai dibahas, dia dan beberapa rekannya sempat dipanggil polisi dan ditanyai tentang senjata tajam dan pistol yang ikut disorot kamera. “Tetapi sejauh ini, tidak ada tindakan represif karena ada unsur entertainmentnya juga,” ujar sang tokoh.

Film ini tak ada kesan ingin men-judge pemuda-pemuda Indonesia Timur khususnya Maluku yang bekerja sebagai debt collector. Pasalnya, sang reporter juga mencari tahu akar masalah dibalik jasa debt collector dan solusinya. Apalgi  berdasarkan data kurang lebih belasan ribu masyaraka Indonesia yang menggantungkan hidupnya dengan bekerja sebagai debt collector. (*)

Share:
Komentar

Berita Terkini