BDI Kemenperin Latih Pemuda Maluku Mengolah Rumput Laut

Share:

Anggota DPR RI Dapil Maluku Mercy Chriesty Barends (kedua kiri), Pj Bupati Kepulauan Tanimbar Daniel Indey (kanan) Kepala Balai Diklat Industri Makassar Bagus Herry (kedua kanan) dan Kepala Balai Standarisasi dan pelayanan jasa industri Ambon, Ransi Pasae (kiri), bersama peserta diklat 3 in 1 pembuatan aneka olahan berbasis rumput laut angkatan ke-5 tahun 2022, di Ambon, Selasa (18/10/2022).

satumalukuID - Balai Diklat Industri (BDI) Makassar Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melatih sebanyak 30 pemuda dari beberapa daerah di Maluku tentang pengolahan rumput laut menjadi berbagai jenis produk bernilai ekonomi dan berdaya saing.

Kepala Balai Diklat Industri Makassar Bagus Herry di Ambon, Rabu (19/10/2022), mengatakan diklat 3 in 1 pembuatan aneka olahan berbasis rumput laut angkatan ke-5 tahun 2022 berlangsung sepekan, 18 -24 Oktober 2022, dan merupakan program yang didorong oleh anggota DPR RI daerah pemilihan (dapil) Maluku Mercy Chriesty Barends.

"Selama pelatihan, para peserta yang umumnya kaum milenial ini diajarkan cara-cara mengolah rumput laut menjadi berbagai jenis makanan seperti mie instan, jeli atau agar-agar, selai, dan sirup rumput laut maupun pangan lainnya sesuai kebutuhan pasar dan bernilai jual tinggi di pasaran," katanya.

Peserta juga diajarkan cara merawat alat-alat produksi, serta cara menghitung biaya produksi hingga penentuan harga produk, termasuk mengikuti uji kompetensi untuk mendapatkan sertifikat kerja.

Pelatihan ini, kata dia, sesuai harapan pemerintah pusat dalam hal ini Presiden yang menginginkan Indonesia tidak hanya mengekspor bahan mentah rumput laut, tetapi juga mampu mengolahnya menjadi produk pangan yang dapat dipasarkan dengan nilai tinggi.

Anggota DPR RI dapil Maluku Mercy Chriesty Barends saat membuka pelatihan tersebut menegaskan ingin mendorong industri kecil menengah (IKM) di Maluku menjadi maju dan berkembang di masa mendatang.

"Diklat ini dilaksanakan bekerja sama dengan Kemenperin  untuk membentuk tenaga-tenaga terampil, termasuk pengusaha-pengusaha muda di Maluku yang bergerak dalam bidang pengolahan sumber daya alam di Maluku," katanya.

Menurut Mercy, hingga Oktober 2022 pihaknya telah mendorong pelaksanaan sejumlah diklat bagi 250 anggota IKM dari beberapa daerah dii Maluku yang rata-rata merupakan generasi milenial. Diklat yang dilaksanakan berkolaborasi dengan sejumlah pihak itu untuk mendorong kemandirian wirausaha baru di Maluku.

"Saat ini diklat difokuskan untuk pengolahan rumput laut, hingga proses kemasan dan prosedur pengurusan perizinan. Mudah-mudahan melalui pelatihan ini melahirkan IKM andal yang mampu memasarkan produk rumput laut berkualitas dan diminati di pasaran," katanya.

Sebelumnya Mercy Barends bekerja sama dengan Kemenperin juga menggelar sembilan jenis diklat untuk 220 anggota IKM yakni pelatihan ikan asap cair, daur ulang limbah, kerajinan plastik, perbaikan elektronik, pengolahan pangan berbasis hasil laut, anyaman daun lontar, perbaikan mesin motor tempel, pengelolaan daging ikan, anyaman lidi, perbaikan telepon seluler serta reparasi mesin kapal angkutan.

"Target ke depan para peserta dapat menguasai berbagai pengetahuan pengolahan hasil laut dan hasil turunannya, terutama memanfaatkan potensi komoditas rumput laut yang dibudidayakan di beberapa daerah di Maluku," katanya.

Selain itu, terbentuk mata rantai industri rumput laut yang terintegrasi dari hulu ke hilir dengan hadirnya produk-produk turunan berupa jeli, tepung dan karaginan dan sejumlah bahan olahan lainnya yang dapat dikemas dengan baik dan dijual dengan harga lebih tinggi dari pada dijual mentah atau produk kering.

Dia menegaskan, akan terus mendorong berbagai jenis pelatihan untuk menumbuhkan semangat berusaha wirausaha baru dan IKM di Maluku, sehingga ke depan mereka mampu mengolah kekayaan potensi sumber daya alam yang melimpah secara berkesinambungan dari hulu ke hilir.

"Ke depan akan kami dorong lagi diklat yang khusus untuk membahas proses perizinan bagi IKM, sehingga mereka tidak kebingungan karena mengetahui secara rinci mekanisme perizinan serta labelisasi halal yang harus dilalui," beber Mercy.

Selain masalah teknis pengelolaan dan perizinan, kolaborasi dengan berbagai pihak juga akan dilakukan untuk mengatasi masalah pemasaran hasil olahan yang dikembangkan pengusaha lokal, terutama didekatkan mereka dengan para buyer dan pengusaha besar yang memiliki pabrik pengolahan skala besar, sehingga memangkas mata rantai pemasaran yang berbelit. (Jimmy Ayal/ant)
Share:
Komentar

Berita Terkini