Sosiolog Sarankan Pemkot Ambon Petakan Populasi Kunci Berisiko HIV

Share:

Sosiolog Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Pattimura (Unpatti), Ambon, Maluku Drs. Feky Manuputty M.Si.

satumalukuID - Sosiolog Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon Drs. Feky Manuputty M.Si menyarankan Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon, Maluku segera memetakan populasi kunci penyebaran HIV/AIDS dan IMS di kota itu guna mencegah meningkatnya kasus penyakit tersebut.

"Pemerintah kota harus mengambil langkah cepat dan tepat diawali dengan memetakan populasi kunci seperti lokalisasi, LGBT maupun komunitas-komunitasnya," ujarnya di Ambon, Selasa (07/3/2023).

Menurutnya, hal tersebut dilakukan agar memudahkan pemerintah untuk melakukan pengecekan secara berkala yang bertujuan untuk menekan angka penyebarannya.

Selain itu, menurutnya, dengan memetakan populasi kunci tersebut pemerintah kota juga harus mempublikasikan-nya guna mengingatkan masyarakat agar dapat berhati-hati didalam lingkungan sosial bermasyarakat utamanya untuk kalangan milenial.

"Kalau sudah dipetakan maka masyarakat bisa tahu lokasi mana yang sekiranya bisa dijauhi karena rawan HIV/AIDS," ucapnya.

Dia melanjutkan dengan memetakan populasi kunci tersebut akan mudah untuk memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kesehatan organ reproduksi dan bahanya infeksi menular seksual (IMS) bagi orang-orang yang berisiko.

Sebelumnya Dinas Kesehatan Kota Ambon telah mencatat jumlah kasus HIV dan AIDS mengalami peningkatan mencapai 271 kasus di tahun 2022, dan didominasi perilaku seks sesama jenis.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Ambon, Wendy Pelupessy menyatakan, peningkatan kasus HIV dan AIDS dipengaruhi oleh hubungan seks berisiko sesama jenis lelaki seks lelaki (LSL).

"Jika dulu kasus terbanyak pada Pekerja Seks Komersial saat ini didominasi LSL, yang dipengaruhi gaya hidup dengan usia produktif di bawah 45 tahun," katanya.

Perilaku seksual menyimpang katanya, menjadi salah satu penyebab dari penularan HIV/AIDS seperti suka berganti-ganti pasangan dan lelaki seks lelaki (LSL).

"Kita tengarai penularan HIV karena perilaku seksual suka berganti pasangan khususnya sesama jenis LSL dan terbukti dari data jumlah kasusnya mengalami peningkatan," katanya.

Ia mengakui, kasus HIV mengalami peningkatan setiap tahun, di 2021 sebanyak 116 kasus tahun meningkat di 2022 sebanyak 253 kasus HIV dan 18 kasus AIDS

Sementara data hingga Februari 2023 tercatat 15 kasus baru HIV dan satu kasus AIDS.

"Kenaikan jumlah kasus karena petugas rutin melakukan pelacakan dan pemeriksaan sehingga diperoleh kasus baru di 2023," katanya.

Wendy menyatakan, pihaknya di 2021 tidak intens melakukan pelacakan dan pemeriksaan karena kondisi pandemi COVID-19, di 2022 dilakukan pemeriksaan sehingga terjadi peningkatan jumlah kasus baru.

Pihaknya terus menyosialisasikan kepada masyarakat dan pemangku kepentingan terkait untuk bersama mencegah penularan HIV/AIDS. (Ode Dedy Lion Abdul Azis/ant)
Share:
Komentar

Berita Terkini