Kombes Ohoirat; dari Tukang Pikul Kayu, Asdos, PNS, Kapolres, Hingga Kabid Humas Polda Maluku

Share:

satumalukuID – Jalan hidup seseorang capai kesuksesan butuh perjuangan. Tidak semudah membalik telapak tangan. Semuanya ada proses yang panjang. Penuh lika liku, suka duka dan dinamika.

Itulah yang dialami figur-figur sukses di berbagai aspek kehidupan. Salah satunya yaitu sosok Komisaros Besar (Kombes) Polisi Drs Muhammad Roem Ohoirat. Kini dia jabat Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Maluku.

Siapa sangka sosok yang akrab dan supel dengan kalangan wartawan ini, punya kisah hidup yang panjang dan menarik. Keinginan mewujudkan cita-cita nya, mengubah cerita hidupnya. Namun ia tak menyesalinya.

Moh Roem Ohoirat merupakan anak dari pasangan Hasyim Ohoirat dan Siti Assia Wajo. Beristrikan Sri Rismawati Rahayu dan dua orang anak.

Kedua anaknya yaitu dr. Nabila Nurramdani Ohiirat. Serta yang laki-laki ikut jejak ayahnya sebagai polisi yaitu Ipda Ghazy Prima Daffa Ohoirat. Ia lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 2021. Saat ini berdinas di Tarakan Kalimantan Utara.

Moh Roem Ohoirat menamatkan sekolah dasarnya di SD Negeri Uat Nagan Kei Besar Selatan Kabupaten Malra, lanjut di SMP Negeri 3 kota Tual dan SMA Negeri di kota yang sama. Ia lantas pindah ke kota Ambon untuk kuliah di FISIP Unpatti tahun 1985.

“Tahun 1990, beta lulus kuliah. Sempat diminta jadi Asisten Dosen nya pak Suyatno Kusuma selama satu semester mengajar mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Politik. Karena belum ada penerimaan dosen, beta pulang ke Tual,” tutur Ohoirat saat obrolan dengan media ini, Senin (18/4/2022).

Selama kembali ke kota Tual tahun 1992, ia sempat ikut tes calon pegawai negeri sipil (PNS) di BKKBN. Ternyata dirinya lulus dan berstatus SK PNS 80 persen. Beberapa waktu kemudian Ohoirat dipanggil ikut pendidikan Pra Jabatan.

“Tetapi beta tidak ikut Pra Jabatan. Beta mengundurkan diri,” katanya. Mengapa? “Sebab beta punya cita-cita tetap ingin jadi dosen. Makanya setelah undur diri dari PNS, beta kembali ke kota Ambon,” ungkapnya.

Namun sesampainya di Ambon tahun 1994. Keinginan menjadi dosen tidak terwujud. Lantaran tidak ada formasi penerimaan dosen baru di Unpatti. Dari sinilah perjuangan perjalanan hidupnya berubah.

Foto bersama keluarga

Ohoirat lantas bekerja serabutan. Pekerjaan apa saja ia jalani. Lalu ada tawaran bekerja pada gudang/toko kayu di kawasan Wayame. Meski berijasah sarjana, ia tidak minder bekerja disitu.

“Kerja di gudang kayu itu bukan jadi pegawai. Tapi tukang pikul kayu dari truk ke gudang atau sebaliknya. Yah, jalani saja untuk makan sehari-hari,” ujarnya, mengenang momen itu.

Di saat bekerja sebagai tukang pikul kayu, Ohoirat dapat informasi bahwa Polri buka penerimaan anggota khusus yang berpendidikan sarjana (S1) melalui jalur Sekolah Perwira Prajurit Karier (Sepa PK).

Ia lantas ikut mendaftar di Polda Maluku. Dirinya lulus seleksi panitia daerah. Namun saat seleksi terpusat di Magelang, Ohoirat gagal jadi prajurit Polri. Ia tak patah semangat dan kembali ke Ambon.

“Ada yang lucu waktu pemeriksaan badan. Panitia tanya, kenapa bahu nya bengkak? Beta jawab saja, ini karena saudara pindah rumah jadi pikul barang-barang. Padahal aslinya karena kerja pikul kayu,” beber Ohoirat, tertawa kenangan itu.

KARIER DI MABES POLRI

Gagal di seleksi Sepa PK Polri tahap pertama. Ohoirat dapat informasi ada penerimaan tahap kedua. Ia pun semangat daftar seleksi lagi. “Tahap kedua ini, berkah Tuhan beta lulus,” katanya.

Ohoirat mulai ikut Pendidikan Polri tahun 1994 melalui Sepa PK Polri (dulu ABRI).
Lulus dengan pangkat jabatan Letnan Dua waktu itu atau Perwira Pertama (Pama) dan ditugaskan di Baintelkam Mabes Polri.

Kariernya terus menanjak. Ia kemudian diberi kesempatan ikut Sekolah Lanjutan Perwira (Selapa) Polri tahun 2004. Tak sampai situ saja. Kesempatan diberikan kepadanya tahun 2010 lanjut ke Sekolah Staf dan Pimpinan (Sespim Polri).

Setelah bertugas di Baintelkam Mabes Polri. Ohoirat dimutasi ke Bareskrim Polri ketika sudah berpangkat Komisaris Polisi (Kompol/satu bunga melati) hingga Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP/dua melati).

Selama bertugas di Baintelkam dan Bareskrim Polri, bersama timnya pernah membongkar beberapa kasus besar ilegal logging dan ilegal fishing di Kalimantan, Sorong dan Tual Maluku Tenggara.

“Karena itu, beta pernah diberi penghargaan oleh Kapolri. Lalu dimutasi ke Polda Sulawesi Tenggara. Namun belum bertugas di sana. SK dibatalkan dan ditarik kembali ke Bareskrim Polri,” ungkap Ohoirat.

Pada tahun 2013, kerinduannya bertugas di tanah asalnya Maluku terwujud. Dengan pangkat dua melati atau AKBP, ia mendapat promosi dari Kapolri dan diangkat sebagai Kapolres kabupaten Aru sejak Maret 2013 sampai November 2014.

Kariernya terus melejit. Meski posisinya dimutasi dari Kapolres Aru. Tetapi ia lanjut menjabat di kampung halamannya yakni sebagai Kapolres Tual pada November 2014 hingga Mei 2016.

Setelah itu, Ohoirat ditarik ke Polda Maluku dan menjadi Wakil Direktur Reskrimum. Tak lama berselang, saat status Polda Maluku naik tipe A, ia mendapat kenaikkan pangkat Kombes dan dipromosi jabat Kabid Humas.

“Beta jabat Kabid Humas Polda Maluku sejak 2017 sampai sekarang. Ini semua karena kepercayaan pimpinan Polri atas pengabdian selama ini. Juga kerjasama dan kemitraan yang baik dengan rekan-rekan wartawan dalam mendukung tugas beta. Bersyukur dan terima kasih untuk semuanya,” ucap alumni FISIP Unpatti ini.

Teruslah berkarya dan mengabdi serta melayani masyarakat. Salut atas kisah perjuangan hidupmu. Sukses terus. (NP)

Share:
Komentar

Berita Terkini