Harga Rempah Hasil Perkebunan Maluku di Ambon Stabil

Share:

Cengkih hasil pembelian dari petani di Ambon.

satumalukuID - Harga berbagai rempah hasil perkebunan di Provinsi Maluku seperti cengkih, biji pala, fuli, coklat dan kopra di tingkat  pedagang pengumpul di Kota Ambon hingga kini masih tetap bertahan.

Hasil pemantauan Antara di sejumlah tempat transaksi jual beli hasil perkebunan di Jalan Setia Budi, Kawasan Rijali Kota Ambon, Kamis (23/2/2023), pedagang pengumpul menawarkan harga cengkih sebesar Rp120.000 per kilogram , biji pala bundar Rp90.000 per kilogram, fuli atau pembungkus biji pala Rp210.000 per kilogram, kakao Rp29.000 per kilogram, dan kopra Rp6.800 per kilogram.

Evi, pedagang pengumpul yang ditemui di lokasi transaksi, mengatakan patokan harga yang terapkan di Ambon sudah sesuai dengan perkembangan harga di pasar utama Surabaya.

"Jadi kalau di Surabaya terjadi perubahan harga naik atau turun sudah pasti di Ambon juga terjadi perubahan, sebab hasil pembelian di daerah ini dijual lagi ke Surabaya sebagai pasar utama sekaligus pelabuhan ekspor," ujarnya.

Dia  mengatakan, bertahannya harga rempah-rempah ini sudah lebih dari satu minggu, jika dibandingkan dengan dua minggu sebelumnya yang selalu terjadi fluktuasi terutama biji pala dari Rp95.000 per kilogram, turun menjadi 90.000 per kilogram, 

Ia mengakui memang tidak setiap hari petani datang untuk menjual, tetapi dalam rentang waktu seminggu hasil pembelian bisa mencapai 100 hingga 150 kilogram bahkan lebih.

Merry, seorang istri petani tanaman perkebunan asal Pulau Seram yang ditemui usai menjual 10 kilogram cengkih mengaku  senang sebab harga cengkih sejak beberapa bulan belakangan ini masih terus bertahan, malahan hingga pertengahan Februari 2023 ini masih tetap dengan harga yang cukup menggembirakan yakni Rp120.000 per kilogram.

 Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Maluku  Poli Jamlean yang dikonfirmasi terkait patokan harga beberapa komoditas rempah hasil perkebunan Maluku, mengatakan hingga kini mekanisme pasar masih terus berlaku.

"Itu sudah menjadi mekanisme pasar, sebab hasil pembelian yang mereka lakukan di Ambon di jual lagi ke Surabaya, kita tidak bisa mengaturnya," katanya.

"Jadi kalau terjadi perubahan harga naik maupun turun di Surabaya mereka juga akan terapkan di Ambon," kata dia. (John Soplanit/ant)
Share:
Komentar

Berita Terkini