Ketum PKK Tertarik Pengolahan Sagu secara Tradisional di Maluku

Share:

Ketua Umum TP PKK Pusat Tri Tito Karnavian melihat proses pengolahan sagu secara tradisional saat pameran Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) PKK di Lapangan Merdeka Ambon, Kamis (10/11/2022).

satumalukuID - Ketua Umum Tim Penggerak PKK Pusat Tri Tito Karnavian tertarik dengan proses pengolahan tanaman sagu sebagai pangan lokal unggulan pengganti beras di provinsi Maluku, yang hingga saat ini masih dilakukan secara tradisional.

Ketertarikan Tri Tito Karnavian ditunjukkan saat melihat proses pengolahan sagu secara tradisional yang dilakukan warga Negeri Soya, Zeth Huwae dan beberapa waktu yang ditampilkan pada pameran dan mereka ikut menampilkan proses pengolahan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) PKK di Lapangan Merdeka Ambon, Kamis (10/11/2022).

Pada pameran itu, Zeth bersama anaknya menampilkan proses mengolah komoditas bahan pangan itu dengan cara tradisional yakni memukul sagu dengan "nani" alat tradisional yang terbuat dari bambu dan diberi cincin besi untuk menghasilkan serat-serat sagu.

Serat-serat yang disebut "ela" itu kemudian diperah menggunakan air mengalir dan ditampung di dalam "goti". Air tersebut kemudian didiamkan agar pati sagu berwarna putih mengendap dan kemudian dimasukkan dalam wadah "Tumang" atau wadah terbuat dari daun sagu.

Tri yang didampingi Ketua TP PKK Maluku Widya Pratiwi Murad ikut menyaksikan seluruh proses pengolahan komoditas unggulan itu dengan seksama sambil berdialog dengan Zeth Huwae.
 
Dia juga menanyakan kenapa proses pengolahannya tidak menggunakan mesin karena lebih mudah dan cepat, dan menurut Zeth mereka masih menggunakan cara tradisional walau menguras tenaga dan waktu tetapi serat sagu atau "Ela" yang dihasilkan jauh lebih halus dan lebih cepat diperah untuk menghasilkan pati sagu.

Ketua TP PKK juga menanyakan tentang hasil produksi yang bisa dihasilkan dari satu pohon sagu serta waktu pengolahan hingga dijual di pasaran, yang menurut warga proses pengolahan satu pohon sagu bisa memakan waktu seminggu dan rata-rata menghasilkan 60 tumang dan dijual dengan harga Rp35.000 hingga Rp50.000 tergantung ukuran tumangnya.

"Cara tradisional sangat menguras tenaga dan waktu, Kalo gunakan mesin akan menjadi lebih mudah. Tetapi saya senang dan apresiasi kearifan lokal yang masih terjaga ini," kata Tri Tito Karnavian saat mencoba memukul sagu dengan "nani".

Dia berharap tradisi mengolah komoditas unggulan itu secara tradisional dapat terus di pertahankan dan diregenerasikan kepada generasi masa kini, apalagi populasi komoditas itu masih cukup banyak dan terpelihara di Maluku, serta proses pertumbuhannya masih secara alamiah.

Dia juga mengapresiasi langkah TP PKK Maluku yang ikut mempromosikan peningkatan konsumsi sagu sebagai pangan lokal melalui pemecahan rekor MURI Festival Pangan Lokal Maluku dan pemecahan rekor MURI pangan berbahan dasar sagu terbanyak pada 20 Agustus 2022. (Jimmy Ayal/ant)
Share:
Komentar

Berita Terkini