Di Saat Pandemik Covid, Pengharapan Kepada Allah Tak Boleh Pudar

Share:

Catatan Singkat Pdt Jacky Manuputty* Soal Perayaan Natal 2020

Basudara Umat Kristen Indonesia khususnya di Ambon Maluku. Kita merayakan Natal tahun 2020 dalam suasana yang tidak biasa. Perayaan-perayaan Natal yang biasanya semarak dan diwarnai perjumpaan antar umat mendadak menjadi sepi pada tahun ini. Silaturahmi langsung menjadi terbatas.

Hal ini bukan saja terjadi di Ambon Maluku, tetapi di seluruh dunia. Semuanya disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang menerpa kita selama hampir setahun.

Sekali pun demikian, situasi pandemi global yang belum selesai ini mengajak kita untuk secara dalam merefleksikan betapa rapuhnya kita sebagai manusia secara fisik maupun psikis. Virus kecil yang tak kelihatan ini bisa menyergap kita hanya karena sebuah keteledoran kecil. Dengan segera kita bisa sakit atau pun meninggal.

Dampak pandemi pada berbagai aspek kehidupan juga membuat kita rapuh secara psikis. Dengan mudah kita bisa terjebak pada keputusasaan. Di tengah situasi ini kita sadar bahwa kita semua sama. Pangkat, jabatan, agama, kelas sosial, kekuatan, dan berbagai atribut lainnya hanyalah tempelan.

Seorang presiden atau rakyat jelata, seorang pimpinan gereja atau anggota jemaat biasa, seorang jenderal ataupun prajurit, semuanya bisa terinfeksi virus Covid-19 kapan dan dimana saja. Pada posisi ini kita disadarkan bahwa solidaritas kemanusiaan begitu penting untuk digelorakan.

Panggilan untuk merawat dan membela kehidupan menjadi tanggung-jawab bersama yang maha penting, apa pun perbedaan di antara kita.

Di tengah situasi Natal ini, PGI dan KWI memilih tema Natal ‘…dan mereka menamakan’Nya Imanuel’ untuk menegaskan bahwa pengharapan di dalam Allah tak pernah pudar, apapun beratnya beban dan kegetiran hidup kita. Kita diajak meyakini bahwa kehadiran Allah di antara kita memungkinkan kita memikul beban hidup ini dengan penuh harapan.

Kehadiran Sang Imanuel adalah tanda solidaritas Allah di tengah beratnya tantangan hidup kita saat ini. Hal ini harus dimaknai oleh kita dengan cara membangun solidaritas kemanusiaan yang saling meringankan beban hidup di antara kita. Pada Natal 2020 kita sungguh-sungguh diletakan pada panggung kontemplasi untuk merefleksikan pertanyaan ‘siapakah sesungguhnya kita di hadapan Allah, serta di hadapan sesama?’

Apakah makna Allah beserta kita bisa dihadirkan bagi manusia dan alam yang menderita saat ini, menjadi tantangan yang harus kita jawab sebagai wujud pernyataan iman kita. Situasi pandemi ini juga menggiring perayaan Natal menjadi peristiwa keluarga, saat semua orang diimbau untuk lebih banyak berdiam diri di rumah. Inilah kesempatan untuk menerima lawatan Allah melalui Kristus yang berdiam di tengah setiap keluarga sambil mengerjakan pemulihan untuk mendatangkan shalom, damai sejahtera yang sesungguhnya.

Inilah kesempatan bagi setiap keluarga untuk memperbaiki relasi-relasi yang renggang ataupun rusak antara suami-isteri, orang tua dan anak, kakak dan adik, serta relasi-relasi lainnya. Inilah kesempatan untuk sungguh-sungguh mengalami kehadiran Sang Imanuel serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam karya-karya besar yang dikerjakan-Nya.

Dengan begitu kita akan melangkah mengakhiri tahun ini dan memasuki tahun yang baru dengan penuh optimis akan hadirnya hari-hari baru yang telah dipulihkan Allah. Selamat merayakan Natal Kristus 25 Desember 2020 dan memasuki Tahun Baru 1 Januari 2021.

*Jacky Manuputty, adalah Sekretaris Umum Persatuan Gereja Indonesia (PGI).

Share:
Komentar

Berita Terkini