Kisah Hidup Tiga Orang Maluku Ini Menginspirasi Pembuatan Film Layar Lebar

Share:

Kolase foto tiga legenda Maluku yang kisah hidupnya jadi inspirasi pembuatan film layar lebar Glenn Fredly (kiri), Sani Tawainella (kanan atas) dan Ellyas Pical (kanan bawah),

satumalukuID - Sejauh ini, baru tiga orang Maluku yang kisah perjalanan hidupnya menginspirasi pelaku industri film mengangkatnya ke layar lebar.

Ketiganya adalah artis penyanyi Glenn Fredly, petinju legendaris Ellyas Pical dan pelatih sepak bola asal Tulehu Sani Tawainella.

Glenn Fredly dikenal sebagai artis penyanyi yang lagu-lagunya melegenda, bahkan setelah dia sudah meninggalkan dunia empat tahun lalu.

Ellyas Pical atau Elly Pical adalah petinju Indonesia pertama yang meraih gelar juara dunia.

Dia sekarang ini menikmati masa pensiunnya bersama istri dan kedua anaknya.

Sani Tawainella adalah mantan pemain sepak bola asal Tulehu yang belakangan menjadi pelatih dan mengantarkan anak-anak muda Maluku meraih Juara di kejuaraan kelompok umur 15 pada tahun 2006 lalu.

Saat film kisah hidupnya dibuat, Sani sempat menonton film yang fenomenal itu sebelum akhirnya meninggal pada 28 Juni 2023.

Berikut kisahnya...

[cut]

Film Glenn Fredly

Film Glenn Fredly yang berjudul Glenn Fredly The Movie saat ini telah selesai dan siap rilis di bioskop.

Peluncuran trailer Film Glenn Fredly sudah dilakukan di Epicentrum XXI, kawasan Rasuna Said, Jakarta Selatan pada Rabu (24/1/2024).

Film biopik ini diproduksi DAMN! I Love Indonesia dan Adhya Pictures dan disutradarai Lukman Sardi.

Film ini diproduseri oleh produser peraih nominasi fim terbaik FFI 2020 Daniel Mananta dan peraih nominasi film terbaik FFI 2017 Robert Ronny.

Daniel Mananta menjelaskan alasannya mengangkat kisah hidup Glenn Fredly dalam film ini adalah bermula dari momen spiritual yang ia alami pada Januari 2022.

"Sebenarnya ini berhubungan dengan spiritual moment yang saya lalui,” ujar Daniel Mananta.

Pada saat itu, kata Daniel, Januari 2022, dia tidak bisa tidur dan lagu Glenn Fredly yang berjudul Januari itu menggantung di kepalanya.

Kemudian ketika berdoa dengan Tuhan, bertanya maksudnya apa, kenapa lagu Glenn menggantung terus di kepalanya.

“Ketika itu saya mendapat jawaban dari Tuhan, untuk membuat film tentang Glenn," cerita Daniel Mananta.

Salah satu yang juga membuat Daniel kagum dengan sook Glenn adalah kebesaran hatinya terhadap Indonesia.

Baginya, Glenn adalah sosok aktivis yang selalu menyuarakan sikapnya lewat musik.

[cut]

Film Sani Tawainella

Film yang mengangkat kisah Sani Tawainella dilabeli Cahaya dari Timur, Beta Maluku.

Produser film ini adalah Glenn Fredly dan sutradara kondang Angga Dwimas Sasongko.

Cahaya dari Timur: Beta Maluku adalah film drama olahraga biografi Indonesia tahun 2014 yang dibintangi oleh Chicco Jerikho dan Shafira Umm.

Film ini dirilis pada tanggal 19 Juni 2014. Diangkat dari kisah nyata, Film Cahaya Dari Timur: Beta Maluku sejak awal mengambil pilihan untuk menghadirkan gambaran kondisi yang sebenarnya berdasarkan cerita.

Pendekatan sosial budaya dan akurasi fakta menjadi elemen penting dalam pengerjaan film ini.

Keunikan film ini juga terletak pada keputusan untuk menggunakan dialog Ambon dalam keseluruhan film, dan dipilihnya aktor-aktor muda berbakat asli Maluku untuk mengisi peran anak-anak yang ada.

Film dengan tema tentang sepak bola ini juga mendapatkan dua Piala Citra termasuk untuk Film Terbaik pada Festival Film Indonesia 2014.

Cerita film ini mengisahkan Sani Tawainella (Chicco Jericho) ingin menyelamatkan anak-anak di kampungnya dari konflik agama yang terjadi di Ambon melalui sepak bola.

Di tengah kesulitan hidup serta pilihan antara keluarga atau tim sepak bolanya, Sani ditugaskan membawa timnya mewakili Maluku di kejuaraan nasional.

Dia lalu membaurkan anak-anak yang berbeda agama dalam satu tim yang saat itu cukup sulit dilakukan karena Maluku sedang dilanda konflik.

Hasilnya, tim yang dilatih Sani Tawainella meraih Juara di kancah sepak bola kelompok umur 15 nasional pada Tahun 2006.

[cut]

Film Ellyas Pical

Kisah hidup legenda Tinju Indonesia Ellyas Pical sebenarnya sudah diberi judul The Exocet, yang berfokus pada perjuangannya menjajal dunia tinju dari tahun 1973-1985.

Pembuatan film ini, mulai digarap pada 2019 lalu.

Sutradara Robby Ertanto mengatakan ini adalah film kolaborasi, pakai konsep realitas.

“Saat kita riset apa yang tertulis di internet, membuka satu per satu hal yang kita tidak ketahui. Saat persiapan IBF (International Boxing Federation), kenapa Indonesia saat itu sangat bangga, semua kita jelaskan secara gamblang," ujar Robby Ertanto dalam jumpa pers saat itu.

Robby mengatakan bahwa rencana pembuatan film ini sebenarnya sudah berlangsung sejak 2011. Walau sempat kesulitan mendapat investor dan berbagai perizinan hukum (rights), "The Exocet" akhirnya memulai proses syuting pada 2019.

Sosok Ellyas Pical sendiri diperankan oleh aktor Jefri Nichol.

"Kita bertemu dengan Nichol tahun lalu, dia menceritakan semua tentang Ellyas Pical dengan gamblang, heran juga anak muda kok bisa tahu. Dia ternyata sering diceritakan ayahnya dan dia punya wish someday dia ingin bikin film tentang Ellyas Pical dan akhirnya mimpi itu terwujud," kata sutradara film "Ave Maryam" itu.

"The Exocet" dipilih sebagai judul film karena merupakan julukan yang diberikan oleh media asing untuk Ellyas Pical atas kecepatan dan kekuatan pukulannya yang seperti rudal asal Prancis.

Film yang diproduksi oleh Pratama Pradana Picture, Time International dan Summerland ini akan melakukan syuting di tiga tempat, yakni Jakarta, Saparua, Maluku dan Korea Selatan.

Film tersebut melibatkan deretan aktor ternama, seperti Chicco Jerikho, Vino G Bastian, Lukman Sardi, Ridho Hafiedz, Laura Basuki, Jeremy Thomas, Olga Lydia dan Amanda Soekasah.

Sayangnya, produksi film ini tertunda akibat Jefry Nichol tersandung masalah hukum.

Dan setelah lima tahun berlalu, belum diketahui kapan proses film ini akan dimulai lagi. (Alvi PetrÄ…)




Share:
Komentar

Berita Terkini