Dosen Unpatti Ambon Olah Limbah Ikan Jadi Aksesoris Bernilai Jual

Share:

Asesoris dari sisik ikan di Pameran inovasi kreatif (PIK) Unpatti, Ambon, Maluku.

satumalukuID - Dosen Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Lerikanan Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Maluku, Theodora Matruty mengolah limbah sisik ikan kakap menjadi asesoris bernilai jual.

"Ini dari sisik ikan kakap merah yang dipilih dan disortir, saya kerjakan bersama mahasiswa saya, dan ini termasuk mata kuliah yang diajarkan," ujar Theodora Matruty di Ambon, Jumat (28/42023).

Hal itu disampaikan dalam Pameran Inovasi Kreatif (PIK) dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-60 Unpatti Ambon.

Ia menjelaskan limbah sisik ikan kakap merah itu diambil dari pasar terbesar di Maluku yaitu Pasar Mardika. Tak jarang ia membeli limbah sisik ikan kakap merah tersebut dari para bocah nelayan.

"Kadang anak-anak nelayan penjual kantong plastik yang membawa limbah itu ke saya lalu saya berikan mereka insentif sedikit," katanya.

Theodora menjelaskan limbah sisik ikan kakap merah itu dijadikan asesoris mulai dari bunga hias, bros, penjepit jilbab, anting-anting, kalung, hingga manik-manik untuk busana perempuan.

"Awalnya saya bikin bunga hiasan meja, kemudian setelah pameran di Balai Sidang Jakarta, saya mulai berinovasi membuat asesoris. Kebetulan itu juga karena saya suka dandan," kata dia.

Sebelum dapat dijadikan asesoris tersebut, sisik ikan dibersihkan terlebih dahulu menggunakan detergen hingga lendir dan bau amis hilang.

Kemudian sisik ikan direndam semalaman dan dicuci kembali hingga bersih untuk selanjutnya dikeringkan di bawah panas matahari.

Setelah itu sisik ikan diberi pewarna organik dan pewarna tekstil untuk mempercantik dan menambah estetika.

Kemudian sisik ikan dapat dirangkai seindah mungkin untuk selanjutnya dipamerkan di pameran-pameran besar di Indonesia dan mancanegara bahkan hingga ke New York Fashion Week.
 

Ia menjelaskan sisik ikan yang dapat dipakai untuk pembuatan asesoris dipilih dari bagian-bagian tertentu dari seekor ikan.

"Ada empat macam sisik ada Sikloid, Stenoid, Plakoid dan Ganoid. Kita lihat bagian mana yang bisa diambil untuk kemudian diolah. jadi tidak semua," katanya.

Sisik ikan kakap merah sering dipilih untuk pengolahan menjadi asesoris lantaran berjenis Stenoid yang memiliki pola unik membentuk seperti sisir.

"Semakin kecil sisik ikan maka akan semakin sulit pengerjaannya, karena harus lebih detil dari yang ukuran besar," ungkapnya.

Ia mematok harga setiap asesoris sisik ikan miliknya mulai dari Rp25.000 untuk anting-anting hingga yang termahal mencapai Rp2.000.000 untuk hiasan gaun.

"Kalau untuk 'dress fashion' dan gaun biasanya dipakai oleh peserta putri pariwisata," katanya.

Selain limbah sisik ikan kakap merah ia juga memanfaatkan limbah sisik ikan kakatua atau ikan maming.

Seluruh cara pengolahan hingga pemasarannya telah dituangkan ke dalam desertasi miliknya.

Saat ini ia memiliki galeri pribadi di kawasan Wayame Kota Ambon.

Namun bagi warga Kota Ambon dan sekitarnya yang ingin melihat hasil karyanya bisa mendatangi ruang pameran di pelataran Unpatti hingga 29 April 2023. (Ode Dedy Lion Abdul Azis/ant)

Share:
Komentar

Berita Terkini