Apa Kata Ferril Hattu, Kapten Timnas Peraih Emas SEAG 1991 Soal PD U20 Batal Digelar?

Share:

Ferril Raymond Hattu. -dok-

Pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 yang dijadwalkan pada 20 Mei hingga 1 Juni 2023.oleh badan sepakbola dunia atau The Federation International Football Assosiation (FIFA) telah diumumkan. 

Keputusan itu diambil setelah Presiden FIFA, Gianni Infantino mengadakan pertemuan dengan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir di Doha Qatar, Rabu (29/3/2023).

FIFA pun telah menetapkan Argentina sebagai tuan rumah PD U20 menggantikan posisi Indonesia.

Pembatalan tersebut mendapat reaksi berbagai pendapat dan komentar dari komunitas sepakbola nasional. Salah satunya datang dari mantan kapten timnas Indonesia yang meraih medali emas di SEA Games (SEAG) 1991 di Manila Filipina, yakni Ferril Raymond Hattu.

"Intinya. Sedih, kecewa ya. Karena kesempatan emas dilepas begitu saja, demi kepentingan sesaat. Padahal prestasi kita masih tertinggal di kawasan ASEAN, apalagi Asia. Lah kok level dunia dilewati? Harusnya jadi ajang demi masa depan para pemain muda kita. Aneh," ujar Ferril, saat dihubungi media ini via telepon di Surabaya, Sabtu (1/4/2023).

Menurut Ferril, harusnya para pejabat atau politisi yang tidak memahami olahraga khususnya sepakbola, tidak pakai event PD U20 ini untuk kepentingan tertentu. Sebab ini murni kompetisi dunia yang sulit didapat Indonesia lagi. Kerugian kita sangat besar dengan pembatalan ini.

"Level kita di ASEAN saja bukan nomor satu. Terus timnas U20 itu bukan lolos kualifikasi. Tapi masuk putaran final karena status tuan rumah. Nah bila tidak batal dan PD U20 sukses digelar, kita negara pertama di ASEAN loh yang mampu gelar turnamen sepakbola level dunia. Sangat disayangkan," bebernya.

Baginya, apapun alasannya, penolakan kehadiran timnas U20 Israel oleh sekelompok pejabst, politisi dan ormas, sudah korbankan timnas U20 dan merugikan komunitas sepakbola nasional yang ingin melihat pertandingan level dunia di negerinya sendiri.

"Itulah susahnya campur adukan politik dengan olahraga. Padahal enam kepala daerah sudah teken persetujuan daerahnya sebagai lokasi pertandingan. Lalu tiba-tiba dua gubernur menolak. Ini ada apa?," kata mantan kapten klub Petrokimia Putra di era Galatama ini.

Padahal, lanjut Ferril, sepakbola bukan hanya soal permainan. Tapi sudah industri yang melibatkan banyak unsur dan nilai ekonomi, seperti pariwisata, kreatifitas, devisa, hak siar televisi, sponsor, dan pembinaan berjenjang serta pengalaman bermain di level dunia.

Dicontohkan, Indonesia pernah ikut Kejuaraan Dunia Sepakbola Junior tahun 1979 di Jepang. Meskipun kalah, namun para pemain muda saat itu dapatkan pengalaman luar biasa dan membuat mereka setelah kembali beberapa tahun, hampir semuanya jadi pemain nasional senior dan kini mereka jadi pelatih-pelatih bagus untuk pembinaan klub-klub.

"Timnas Junior kita tahun 1979 itu biar tidak juara. Namun sudah rasakan suasana level dunia. Disitu mereka main dengan Diego Maradona dan lainnya yang kemudian jadi mega bintang dunia. Itu sangat mahal pengalamannya. Nah ini kok pemain muda kita akan bertemu bintang-bintang dunia di PD U20 di Indonesia, justru kita gagal akibat ulah orang-orang tak paham sepakbola," ungkapnya.

Ferrel menambahkan, FIFA membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah, karena sudah sesuai statuta nya. Yakni sepakbola tidak bisa diintervensi oleh pihak manapun dan tidak boleh diskriminatif.

"Regulasi FIFA itu jelas di statutanya. Selain itu, FIFA juga terikat kontrak dengan hak siar berbagai televisi internasional dan sponsor lain. Jadi karena tidak ada jaminan karena penolakan. Ya FIFA harus ambil keputusan, kita dibatalkan. Saya kasihan. Sebab komitmen Presiden Jokowi dan Ketua Umum PSSI Erick Thohir majukan sepakbola nasional, diciderai kepentingan politik tertentu," jelasnya.

Untuk diketahui, Indonesia pertama kali meraih medali emas cabang olahraga sepakbola dalam ajang SEA Games pada tahun 1987. Yang kedua kali terjadi 1991. Ferril Raymond Hattu termasuk pemain yang terlibat dalam laga tersebut.

Tidak hanya bermain sebagai libero, Ferril juga menjabat sebagai kapten Timnas Indonesia waktu itu. 


ASPROV PSSI MALUKU

Sementara itu, Ketua Asprov PSSI Maluku Sofyan Chang Lestaluhu pada kesempatan terpisah, juga angkat bicara.

"Sedih dan kecewa. Politik dicampur adukan dengan olahraga. Merusak reputasi sepakbola indonesia dan kita gagal jadi tuan rumah PD U20. Kerja keras dari Ketua Umum PSSI dan jajarannya untuk pelaksanaan even akbar dunia sirna. Hanya karena para elit politik yang tidak mengerti dengan sepakbola dan nantinya sanksi yang diberikan oleh FIFA kepada PSSI," ujar Sofyan.

Menurut Sofyan, kekuatan sebuah bangsa dan negara untuk mencapai kemakmuran adalah brand (merek), dream (mimpi), spirit (semangat) dan confidence (percaya diri). 

Mimpi kita untuk menjadi tuan rumah yang tinggal menghitung hari akhirnya terkubur bersama jutaan harapan bisa menyaksikan Piala Dunia U20 di Indonesia.

"Sangat disayangkan momen besar untuk Indonesia pupus sudah. Ini ibarat tsunami bagi sepakbola nasional. Yang meluluhlantahkam mimpi masyarakat sepakbola. Bagi saya ini bencana yang dahsyat, setelah sekian lama kita (Pemerintah dan PSSI) berprosea dan ketika semuanya tinggal menghitung hari akhirnya semuanya sirna," tutur Sofyan, sedih. (NP)

Share:
Komentar

Berita Terkini