Kantor Bahasa Maluku Berupaya Merevitalisasi Bahasa Seram dan Tarangan

Share:

Arsip Foto. Beberapa perempuan (mata ina) berkebaya saat tradisi cuci negeri di Negeri Soya, Kota Ambon, Provinsi Maluku, Kamis (12/8/2022). Menurut Kantor Bahasa, bahasa daerah Maluku saat ini umumnya hanya digunakan dalam acara adat, sudah tidak banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

satumalukuID - Kantor Bahasa Maluku pada tahun 2023 melanjutkan program revitalisasi bahasa daerah dengan menambahkan bahasa Seram dari Seram Bagian Timur dan bahasa Tarangan dari Kepulauan Aru sebagai sasaran revitalisasi.

"Tahun ini kami melanjutkan program revitalisasi bahasa daerah Maluku, ada penambahan dua bahasa daerah, yaitu dari Seram Bagian Timur dan Kepulauan Aru. Jadi sekarang sudah ada lima bahasa daerah yang kita revitalisasi," kata Kepala Kantor Bahasa Maluku Sahril di Ambon, Rabu (8/3/2023).

Kantor Bahasa Maluku pada 2022 berupaya merevitalisasi tiga bahasa daerah, yakni bahasa Kei dari Kabupaten Maluku Tenggara, bahasa Buru dari Kabupaten Buru, dan bahasa Yamdena dari Kabupaten Kepulauan Tanimbar.

Upaya tersebut dilanjutkan pada tahun 2023 dengan menambahkan bahasa Seram dari Kabupaten Seram Bagian Timur dan bahasa Tarangan dari Kabupaten Kepulauan Aru sebagai target program revitalisasi bahasa daerah Maluku.

Sahril menyampaikan bahwa penutur bahasa daerah semakin berkurang dan penggunaannya dalam komunikasi sehari-hari kian menurun, sehingga perlu ditingkatkan lagi pemakaiannya supaya bisa lestari.

Menurut dia, saat ini bahasa daerah tidak selalu hadir dalam komunikasi sehari-hari, utamanya di kalangan generasi muda. Bahasa daerah hanya konsisten dituturkan dalam upacara atau ritual adat.

Oleh karena itu, ia mengatakan, upaya revitalisasi mesti dijalankan agar bahasa-bahasa daerah yang ada di wilayah Provinsi Maluku tidak sampai punah.

Ia menjelaskan bahwa revitalisasi bahasa daerah dilakukan secara bertahap karena jumlah bahasa daerah di wilayah Maluku cukup banyak, sedangkan sumber daya manusia dan pendanaan yang tersedia untuk pelaksanaan revitalisasi bahasa daerah terbatas.

Sahril mengatakan bahwa sasaran program revitalisasi bahasa daerah ditetapkan berdasarkan hasil konsultasi dengan perwakilan masyarakat dan pemerintah daerah.

Ia mencontohkan, Seram Bagian Timur memiliki setidaknya 14 bahasa daerah. Namun, berdasarkan hasil konsultasi dengan perwakilan masyarakat dan pemerintah daerah bahasa Seram yang dianggap sebagai bahasa perantara atau bahasa pengantar yang perlu lebih dulu direvitalisasi.

Sementara itu, Kabupaten Kepulauan Aru memiliki 11 bahasa daerah. Namun, bahasa Tarangan yang ditetapkan sebagai bahasa perantara yang diutamakan untuk direvitalisasi berdasarkan hasil konsultasi dengan perwakilan masyarakat dan pemerintah daerah.

Sahril menyampaikan bahwa program revitalisasi bahasa Seram dan bahasa Tarangan menyasar pelajar tingkat sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah pertama (SMP) di Seram Bagian Timur dan Kepulauan Aru.

"Kami buat bagaimana bahasa daerah itu bisa diterima anak SD, SMP. Kami hadirkan dalam konteks karya kekinian seperti membaca puisi, pidato, bernyanyi, bahkan ada yang kita lombakan, berupa (lomba) menulis surat kepada pejabat, stand up comedy (lawakan tunggal), agar bahasa daerah bisa diterima anak-anak," katanya. (Penina Fiolana Mayaut/ant)
Share:
Komentar

Berita Terkini