BRIN: Benteng Niew Victoria Ciptakan Peluang Ambon Sebagai Kota Pusaka

Share:

satumalukuID – Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Kantor Arkeologi Maluku, Karyamantha Surbakti mengatakan pengelolaan Benteng Niew Victoria menciptakan peluang bagi Ambon untuk mendapat status kota pusaka.

“Pengelolaan benteng Niew Victoria sebagai warisan budaya menciptakan peluang kota Ambon bagi status Kota Pusaka,” kata Karyamantha di Ambon, Senin (14/3/2022).

Ia mengatakan, benteng Niew Victoria di kota Ambon merupakan benteng peninggalan bangsa Portugis tahun1575 M, benteng tersebut mengalami proses budaya dan hingga saat sekarang ini.

Kompleks di dalam Benteng Nieuw Victoria dijadikan markas prajurit Kodam XVI Pattimura Ambon.

Mewujudkan status kota pusaka, katanya perlu dilakukan konservasi terhadap benteng Niew Victoria dan mengembangkan pembangunan di Kota Ambon.

Kota Pusaka menjadi pilihan yang cukup relevan dibuat skema agar terjadi perpaduan usaha pelestarian dan pengembangan.

Ia menjelaskan, latar belakang pembentukan program kota Pusaka ini, karena banyaknya bangunan dan gedung yang terusik, rusak dan disertai dengan memudarnya kearifan lokal dan karakter budaya masyarakat setempat.

Wajah kota di Indonesia, umumnya kemudian tumbuh bangunan modern, selanjutnya mendorong persoalan baru atas desakan lingkungan dan kebutuhan tempat tinggal.

“Hal tersebut kemudian dapat menjadi bencana sosial dan alam, termasuk kepunahan pusaka-pusaka kota itu sendiri,” ujarnya.

Pusaka kota di Indonesia katanya, tidak hanya bangunan, tetapi beranekaragam dan bernilai tinggi dan setiap Kota/ Kabupaten bisa berbeda-beda.

Pusaka juga bisa berarti makanan, tanaman, seni budaya hingga bangunan atau kawasan bahkan wilayah yang luas sejauh mata memandang (saujana/ cultural landscape).

Ditambahkannya, pelestarian pusaka tidak hanya tentang masa lalu dan terbatas monumen saja, tetapi adanya pertimbangan elemen sosial-budaya dan diantaranya juga ekonomi lingkungan lokal akan membentuk pusaka urban.

“Pusaka bagaimanapun adalah barang publik. Memiliki dimensi ekonomi di dalamnya, di antaranya ekspresi nilai budaya, yang muncul dari fungsi penggunaan secara individual dan dapat diukur,” kata Karyamatha.

Share:
Komentar

Berita Terkini