Kota Ambon; Kota Sejarah yang Pernah Jadi Ibukota dan Tempat Lahir Penjabat Presiden RI

Share:

satumalukuID – Tanpa disadari. Kota Ambon, ibukota Provinsi Maluku. Pernah menjadi ibukota Hindia Belanda (sekarang NKRI) di jaman koloniali atau penjajahan sebelum akhirnya dipindahkan ke Jayakarta dan berubah jadi Batavia (Jakarta kini).

Ambon Staad kemudian disebut Kotapraja selanjutnya Kotamadya cuma sebuah kota kecil yang luasnya hanya 4 kilometer persegi sebelum tahun 1979 (dari jembatan Batumerah sampai jembatan Batugantung serta Karangpanjang hingga Kayu Putih). Di luar wilayah itu masuk Maluku Tengah.

Pemekaran wilayah Kota Ambon terjadi tahun 1979. Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1979 Tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Ambon (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979), sehingga luasnya dari hanya 4 kilometer persegi berubah menjadi 377 kilometer persegi.

Dengan luas keseluruhan itu maka kota ini mencakup 46,38% dari seluruh tanah Pulau Ambon. Luas ini terdiri dari daratan sebesar 359,45 km2 dan perairan 17,55 km2 dengan garis pantai sepanjang 98 km. Dibelah oleh Teluk Ambon sehingga berada dalam lengkungan huruf U.. Sisi timur berbatasan dengan Salahutu, Maluku Tengah; selatan dengan Laut Banda; dan barat dan utara dengan Leihitu, Maluku Tengah.

Kota Ambon berdiri dengan dasar hukum UU Nomor 60 Tahun 1958 yang diluncurkan pada 17 Juli 1958, merupakan bagian dari ibukota Provinsi Maluku.

HARI LAHIR

Hari lahir atau hari jadi kota Ambon jatuh pada tanggal 7 September 1575. Hal itu ditetapkan dalam suatu seminar di Ambon yang pada 14 – 17 November 1972 oleh Pemkot bekerjasama dengan Universitas Pattimura (Unpatti).

Penggagas seminar ini adalah Wali Kota Ambon ke-9, Letkol Matheos H. Manuputty melalui SK 25/KPTS/1972 tentang Pembentukan Panitia Khusus Sejarah Kota Ambon yang dikeluarkan pada 10 Juli 1972 dengan tugas untuk menggali dan menentukan hari lahir kota.

Seminar ini dihadiri kurang lebih 200 orang yang terdiri dari akademisi, tokoh masyarakat, tokoh adat dan aparat pemerintah kota. Ketua seminar adalah Drs. John Sitanala (Dekan Fakultas Keguruan Unpatti), wakil ketuanya Drs. John A. Pattikayhatu (Ketua Jurusan Sejarah) dan Sekretaris nya Drs. Z.J. Latupapua.

Penetapan tanggal hari jadi tersebut didasarkan pada fakta sejarah bahwa pada tanggal 7 September 1921 masyarakat Kota Ambon diberikan hak yang sama dengan Pemerintah Kolonial Belanda. Sedangkan, penetapan tahun 1575 dilandasi oleh tahun mulainya pembangunan Benteng Kota Laha (Nieuw Victoria).

Berawal dari pendirian benteng itulah yang senantiasa menjadi pusat pertumbuhan. Kota ini didirikan oleh bangsa Portugis yang menamainya dengan istilah Nossa Senhora da Anunciada. Sejak zaman VOC Belanda, kota ini berkembang cepat sebagai pusat pembudidayaan dan perdagangan rempah dan salah satu kota penting di nusantara. Kini, kota ini dikepalai oleh wali kota ke 15 dengan dewan perwakilan rakyat sebagai penyelenggara bersamanya.

Sehingga hari jadi merupakan campuran dari kedua waktu tersebut. Setelah penetapan hari jadi diberlakukan, maka perayaan hari lahir Kota Ambon pertama kali diperinagti pada 7 September 1973.

Nama Kota Ambon atau Ombong (Embun) dalam bahasa setempat atau juga dibilang Yapono itulah yang dijadikan nama ibu kota dan kota terbesar di Provinsi Maluku.

IBUKOTA

Ambon adalah sebuah kota penting dan bersejarah. Dalam perkembangannya, Ambon berubah menjadi kota sedang, yang punya reputasi hebat dalam sejarah bangsa ini, baik masa kolonial, perintis dan perjuangan kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan.

Dalam catatan sejarah di masa kolonial, Ambon merupakan kota penting dan utama di nusantara. Bahkan kepala pemerintahan Hindia Belanda atau sebelumnya oleh Portugis dan kemudian Inggris, Spanyol juga Jepang, pimpinannya yang disebut Gubernur Jenderal berkedudukan di Ambon atau “Ibukota Indonesia”.

Barulah oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen pada tahun 1600 an, pusat pemerintahan dan dagang dipindahkannya markas VOC Belanda ke Jayakarta dan selanjutnya berubah menjadi Jakarta sebagai ibukota RI hingga kini.

Karena itu, J.P. Coen yang adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-4 di nusantara, juga adalah pimpinan VOC Belanda yang terakhir berkedudukan di Ambon.

Sejarah mencatat, Ambon yang begitu stategis karena jadi pusat petdagangan rempah-rempah segala bangsa seperti Arab, Cina, India dan Eropa, pernah dipimpin oleh Gubernur Jenderal sejak tahun 1500 an dan pasca kemerdekaan sudah dipimpin 15 Walikota. Kini Ambon dipimpin walikota Richard Louhenapessy dan Wakil Walikota Syarif Hadler.

Diantaranya Gubernur Jenderal pada masa pemerintahan Kerajaan Portugal dan Algarves (1522–1578) berkedudukan di Kota Ambon. Dilanjutkan pada masa pemerintahan Uni Iberia (1582–1605) dan masa pemerintahan monarki Spanyol (1606 – 1663) ada 15 Gubernur Jenderal.

Seterusnya, masa pemerintahan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) dan Hindia Belanda (1599 – 1801). Kemudian pada masa pemerintahan Inggris ada 10 pimpinan yang sempat berada di Ambon pada era 1800 an.

KOTA KELAHIRAN PENJABAT PRESIDEN RI

Di masa pemerintahan Hindia Belanda dan perintis perjuangan kemerdekaan, Kota Ambon juga merupakan kota tempat kelahiran maupun pendidikan tokoh-tokoh besar di republik ini, yang kemudian menjadi pejabat negara dan pahlawan nasional di bidangnya masing-masing, tetmasuk di jajaran militer, kepolisian, olahragawan dan lainnya.

Semisal kita kenal Dr Johanes Leimena. Putra Negeri Ema kelahiran Ambon ini adalah pahlawan nasional. Ia dikenal sebagai pejabat negara paling lama di pemerintahan Indonesia dari masa orde lama sampai orde baru yakni selama kurang lebih 21 tahun.

Dalam rentang waktu tersebut, Leimena sebagai orang kepercayaan Presiden Soekarno sempat jadi Penjabat Presiden RI sampai tujuh kali selama presiden berhalangan atau keluar negeri.

Masa pemerintahan presiden Soekarno, Leimena duduk dalam 18 kabinet yang berbeda, dimulai dari Kabinet Sjahrir II (1946) sampai Kabinet Dwikora III (1966), baik sebagai Menteri Kesehatan, Wakil Perdana Menteri, Menko Distribusi, Wakil Menteri Pertama maupun Menteri Sosial.

Saat kekuasaan beralih ke Presiden Soeharto, Leimena sempat diminta menjadi menteri namun ia menolak melalui Hamengku Buwono. Karena penolakan itu, Leimena akhirnya diminta untuk menjabat posisi Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA).

Selain Leimena, tokoh-tokoh besar yang lahir dan sekolah di Ambon adalah Prof Dr Gerrit A. Siwabessy yang menjadi Menteri Kesehatan dua periode di era Presiden Soeharto. Dari Leimena dan Siwabessy inilah muncul ide dan program kesehatan masyarakat yang kini dikenal sebagai Puskesmas dan asuransi kesehatan (Askes) atau kini BPJS.

Nama Siwabessy kemudian diabadikan sebagai nama reaktor nuklir Indonesia. Sedangkan nama Johanes Leimena diabadikan pada RSU Pusat di Ambon dan monumen berupa patung di kawasan Poka.

Sosok ini bernama Jacob Bernadus (JB) Sitanala merupakan dokter ahli kelahiran Ambon. Tercatat menamatkan dokter tahun 1912. Memiliki dedikasi tinggi sebagai pelopor pemberantasan kusta. Ia mendapat tugas terhormat melanjutkan studi di Amerika yang langka bagi orang pribumi di masa itu. Juga melanjutkan penelitian khusus penyakit kusta hingga ke Eropa seperti Belanda dan Hamburg (1922-1923), dan Universitas Berlin (1924-1925).

Atas dedikasi yang tinggi, Pemerintah Hindia Belanda anugerahkan Sitanala bintang kehormatan dengan gelar Ridder KL.I Koninklijke Wassaorde tahun 1939. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan tahun 1978, nama J.B. Sitanala diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Kusta di kota Tangerang, Banten serta nama jalan di kota Ambon.

Tokoh lain yang bersekolah di kota Ambon adalah Mr Johanes Latuharhary, pahlawan perintis kemetdekaan yang juga salah satu konseptor UUD 1945 dan pencetus gagasan pemakaian kata Gubernur dalam sistem pemerintahan daerah Indonesia.

Latuharhary adalah Gubernur Maluku pertama tahun 1950. Nama Latuharhary kemudian diabadikan sebagai nama jalan utama di Jakarta Pusat.

Tokoh berikutnya adalah Alexander Yacob Patty (AY Patty). Tokoh ini merupakan perintis dan perjuangan kemerdekaan Indonesia ini. Namanya kemudian diabadikan pada jalan utama di pusat kota Ambon.

Lalu figur lainnya yaitu Muhamad Padang. Ia merupakan pahlawan pejuang perintis kemerdekaan yang mulai berjuang di kota Ambon hingga ke Pulau Jawa. Padang merupakan politisi rekan perjuangan Latuharhary di Jawa. Ia kemudian diangkat menjadi Gubernur Maluku yang ketiga.

Selain tokoh-tokoh diatas. Jauh sebelumnya saat Indonesia Merdeka, banyak figur besar yang pernah berada di kota Ambon sebelum berkarier di Jawa dan sukses bahkan juga pernah menjabat menteri dalam kabinet.

Dua tokoh itu adalah Ir Martinus Putuhena dan Melkianus Agustinus Pelupessy. Putuhena menjabat Menteri Pekerjaan Umum (PU) RI pada Kabinet Syahrir I Ii III periode November 1945 hingga Juni 1947.

Putuhena adalah Menteri PU RI ke 2 dan orang Maluku pertama yang lulusan Sekolah Teknik Bandung (kini ITB Bandung). Nama Ir M. Putuhena kemudian diabadikan pada nama jalan raya di kawasan Poka.

Sedangkan Melkianus Agustinus Pelupessy adalah Menteri Penerangan RI ke 7 dan Menteri Kehakiman (ad interim) di era Kabinet Natsir periode September 1950 sampai April 1951. Juga diangkat sebagai Menteri Negara pada Kabinet Sukirman – Suwiryo tahun 1951 hingga 1952.

Pelupessy juga dikenal sebagai salah satu perancang lambang negara Garuda Indonesia bersama Muhammad Yamin (ketua), Ki Hadjar Dewantara, Mohammad Natsir, dan Poerbatjaraka. Dalam rancangan tersebut, jumlah ekor Garuda awalnya berjumlah 7, M.A. Pelupessy mengusulkan agar jumlahnya menjadi 8 yaitu simbolisasi dari bulan Agustus, bulan kemerdekaan.

Selanjutnya ada Prof Dr Alex Retraubun. Guru besar Fakultas Perikanan Unpatti ini, pernah menjadi Wakil Menteri Kelautan dan Perikanan RI di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Kemudian Prof Dr Edward Omar Syarif Hiariej. Anak kawasan Manggadua Ambon ini kini menjabat sebagai Wakil Menteri Hukum dan HAM RI. Sebelumnya Hiariej adalah guru besar FH UGM.

Masih banyak sekali tokoh yang lahir dan besar atau pernah pendidikan dan awal berkarier di kota Ambon, namun tidak bisa disebutkan semuanya.

Diantaranya yaitu Dr Ir Saleh Latuconsina. Ia adalah Gubernur Maluku periode 1998 – 2003. Latuconsina meraih gelar S2 dan S3 nya di Prancis serta Alexander Litaay (Mantan Sekjen PDIP, Anggota DPR RI dan Dubes RI di Kroasia) dan Samuel Samson (Mantan Sekjen PKPI dan Dubes RI di Serbia).

Figur lain yaitu Febry Calvin Tetelepta. Ia kini adalah Deputi I Kepala Staf Presiden (KSP). Febry adalah merupakan alumni UKIM Ambon dan pernah jadi fungsionaris PKPI.

Tokoh dari akademisi juga adalah Prof Dr Thomy Pentury. Ia kini menjabat Dirjen Bimas Kristen Protestan Kemenag RI. Sebelumnya mantan Rektor Unpatti Ambon.

TOKOH TNI POLRI

Di bidang militer dan kepolisian juga banyak tokoh daerah ini yang pernah lahir dan bersekolah serta mulai karier di Kota Ambon. Mereka menduduki posisi puncak di pemerintahan maupun di satuannya.

Diantaranya Letjen TNI Purn Suaidy Marasabesy (Mantan Pangdam Wirabuana dan Kasum TNI), Letjen TNI Purn Nono Sampono (mantan Dan Korps Marinir, Dan Paspampres dan Kepala BNPB), Letjen TNI Jeffry A. Rahawarin (Mantan Pangdam Pattimura, kini jadi Pangkogabwilhan III), Mayjen TNI Purn Max Tamaela (Mantan Pangdam Pattimura).

Selain itu, Marsda TNI Purn Adrian Wattimena (Mantan Dan Korps Paskhas TNI AU), Mayjen TNI Purn Marcus Pattipeilohy (Sekretaris Pusat POM TNI AD dan Staf Khusus Kasad), Brigjen TNI Purn Karel Albert Ralahalu (Kasdam Trikora dan Gubernur Maluku), Brigjen TNI Mar Said Latuconsina (Komandan Pangkalan Utama TNI AL Ambon.

Brigjen TNI Purn Abbas Sopamena (Mantan Danrem Babullah), Brigjen TNI Arnold Ritiauw (Danrem Binaiya), Brigjen TNI Stefanus Mahury (Inspektur Kogabwilhan III).

Serta juga Kolonel Inf Herman Pieters (Mantan Pangdam Pattimura pertama dan Anggota DPR RI), Kolonen Inf Gerrit J. Latumahina (Mantan Gubernur Maluku ke 4 dan Atase Pertahanan di China) dan masih banyak figur lainnya.

Di jajaran kepolisian pun mereka yang lahir atau pernah menempuh pendidikan di kota Ambon juga banyak yang menduduki jabatan penting.

Diantaranya, Irjen Pol Purn Murad Ismail (Mantan Kapolda Maluku, Dan Korps Brimob dan kini Gubernur Maluku), Irjen Pol Martinus Hukom (Kepala Detasemen 88 Antiteror Mabes Polri), Brigjen Pol Purn Paula Renyaan (Mantan Wakil Gubernur Maluku dan Anggota DPR RI).

Brigjen Pol Purn Wilhelmus Laturete (Mantan Direktur Narkotika Mabes Polri dan Dirjen di Departemen Kehutanan) serta Brigjen Pol Purn Johny Latuperisa (Mantan Kepala BNN DKI) dan masih banyak lagi.

OLAHRAGA DAN SENI

Selain tokoh-tokoh di atas. Banyak olahragawan, musisi dan penyanyi legendaris Indonesia pernah lahir dan mengawali karier dari Kota Ambon.

Bisa disebut antara lain dua juara dunia tinju profesional awal Indonesia yaitu Ellyas Pical dan Nico Thomas. Kemudian peraih dua medali emas Asian Games dan Juara Asia, Wiem Gomies. Disusul Polly Pesireron mantan juara menengah ringan tinju pro OPBF dan Herry Maitimu raja kelas layang nasional serta Max Auty peraih medali emas kelas welter SEA Games 1981. Termasuk dua petinju yang pernah berlaga di Olimpiade yaitu Albert Papilaya dan La Paene Masara.

Di cabang atletik, dari kota Ambon muncul banyak peraih medali internasional dan pemegang rekor nasional dan pelatih top. Mulai dari Steve Mainake, Steve Thenu, Julius Toisuta, Corneles Pesurnay, Merry Manuhutu, Helena Musila, Yulius Leuwol, Agustinus Ngamel, Irene Joseph, Viera Hetharie hingga kini Alvin Tehupeiory. Dua diantaranya yaitu Irene Joseph ikut Olimpiade Sidney 2000 dan Alvin Tehupeiory Olimpiade Tokyo 2020.

Di cabang dayung juga atlet dan pelatih dari Kota Ambon banyak yang meraih prestasi internasional. Diantaranya La Memo ikut Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Chelsea Corputty peraih medali di SEA Games serta pelatih nasional dayung, Cores Sahupala.

Di cabang lain juga banyak atlet asal kota Ambon berprestasi seperti di anggar, taekwondo dan lainnya, termasuk juara dunia pencak silat Taslim Azis.

Sedangkan di sepakbola baik pemain, pelatih dan pengurus yang dari kota Ambon sudah dikenal luas sejak jaman dulu dengan tim PSA Ambon dan jadi legenda timnas PSSI. Antara lain Matheos Putiray, Yacob Sihasale, Berce Matulapelwa, Nicky Putiray, Simson Rumapasal, Toni Tanamal, Najib Assagaff, Reinold Pieters, Rocky Putiray, Zakarias Rumlus serta Dicky Soplanit dan lainnya.

Sementara itu, di bidang musik banyak musisi dan penyanyi dari kota Ambon yang melegenda. Misalnya saja Enteng Tanamal, Bing Leiwakabesy, Broery Pesolima, Barce Van Houten, Georgie Leiwakabesy, Zeth Lekatompessy, Utha Likumahuwa, Hemi Pesolima, John Tanamal, Yopi Latul, Joice Pupela, hingga Wilson Idol dan Igo Idol serta lainnya.

Tentunya di luar bidang tersebut dan para figur yang disebut, masih banyak orang yang lahir dan memulai karier di kota Ambon yang sukses. Saking banyaknya tak bisa disebut satu per satu.

Pada akhirnya Kota Ambon layak disebut kota bersejarah dan tempat lahirnya, pendidikan dan memulai kariernya tokoh-tokoh besar dan terkenal di Indonesia. Kini Ambon sudah memasuki usia 446 tahun. Kita berharap terus melangkah maju dan menjadi kota jasa, perdagangan, pendidikan, musik dan lainnya yang berkualitas.

Selamat Hari Jadi Kota Ambon ke-446. “Bersatu Manggurebe Maju”. (novi pinontoan)

Share:
Komentar

Berita Terkini