Euforia Fans Sepakbola Euro 2020 di Kota Ambon Dinilai Wajar, Asal Tertib dan Tidak Anarkis

Share:

satumalukuID – Euforia atau luapan kegembiraan fans (penggemar) sepakbola untuk tim favoritnya pada arena Euro 2020 dengan cara konvoi atau pawai di Ambon dan sekitarnya, dinilai masih wajar saja. Asalkan dilakukan dengan tertib, aman, tidak anarkis, dan tetap jaga protokol kesehatan Covid 19.

Demikian pendapat anggota Executive Committe (Exco) Pengurus Pusat PSSI, Dirk Soplanit saat dialog bertemakan “Euforia Piala Eropa dan Efek Domino nya di Maluku” di studio FM RRI Ambon bersama wartawan senior Novi Pinontoan, Jumat (18/6/2021).

“Saya nilai ini hanya luapan kegembiraan saja. Spontanitas pendukung tim idola, makanya mereka konvoi atau pawai kendaraan. Hanya saja harus tertib, tidak balapan, jangan anarkis, hindari bentrokan. Serta tetap jaga protokol kesehatan karena masih pandemik Covid 19,” ujar Soplanit.

Untuk diketahui, sejak Euro 2020 mulai digelar 12 Juni 2021 di 11 kota benua Eropa, penggemar sepakbola di Ambon dan sekitarnya baik sebelum dan sesudah bertanding selalu konvoi kendaraan di jalan-jalan utama pusat kota.

Apalagi bila yang bertanding adalah timnas Nederland atau Belanda dengan warna khasnya oranye. Ini terlihat setelah Memphis Depay serta Wijnaldum dkk pada partai keduanya di Grup C melibas Austria 2-0 yang membawa mereka lolos 16 Besar. Spontan ribuan warga kota Ambon, baik anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua dari segala kawasan tumpah ruah ke jalan-jalan pusat kota.

Namun keinginan ribuan warga Ambon dari dua komunitas untuk berkeliling kota, sudah diblokir dan dilokalisir oleh aparat kepolisian pada beberapa titik kawasan seperti Tugu Trikora, Mardika, Batumerah, Batugantung, Kudamati, Galala dan lainnya. Tetapi aparat keamanan akhirnya sempat jebol juga, ketika ribuan massa akhirnya lolos dari arah Batumerah menuju Batumeja dan bergabung dengan Batugajah serta Urimesing. Hanya mereka pun tertahan oleh blokade aparat keamanan.

Bagi Soplanit yang juga merupakan mantan Direktur PT Liga Indonesia Baru ini, potensi fans sepakbola di Ambon Maluku yang begitu besar tersebut, harusnya dilihat untuk dijadikan modal oleh para pihak membangun sepakbola Ambon Maluku yang lebih baik dan maju.

“Kita butuh investor dan dana besar. Itu sudah pasti. Namun juga berharap pemerintah daerah baik provinsi kota kabupaten bisa dukung, dalam hal ini bangun infrastruktur, sarana dan fasilitas. Stadion misalnya. Kita punya stadion besar, tapi kualitas lapangan, ruang ganti, lampu, tidak layak untuk tanding kompetisi liga profesional. Ini semua perlu dibenahi,” jelasnya.

Soplanit lantas sependapat dengan Novi, bahwa sepakbola bukan hanya tentang pemain, pelatih dan pengurus. Namun jauh dari itu, sepakbola modern kini sudah menjadi lapangan kerja dan penggerak ekonomi mikro dan kreatif.

“Saya kasih contoh. Ketika Indonesia disanksi FIFA dan sepakbola kita mati suri. Keluhan utama datang dari para pelaku ekonomi mikro dan kreatif seputaran stadion maupun usaha aksesoris dan cinderamata klub-klub maupun timnas. Nah, sayangkan potensi penggemar bola ribuan orang dan punya talenta bakat pemain luar biasa di Ambon Maluku, belum disuport maksimal oleh pemerintah daerah. Akibatnya anak-anak kita merantau dan bermain di luar daerah. Sayang memang,” tutur Soplanit.

Sementara itu, terkait aksi konvoi fans tim Belanda yang penuhi jalan utama kota Ambon, Khalid Turuy warga kawasan Ponogoro ini menilai, penggemar sepakbola itu menyatukan perbedaan dan mengutamakan kebersamaan. Tidak ada sekat, tetapi bersatu membaur.

“Konvoi kemenangan dan lolosnya Belanda ke 16 Besar ini buktinya. Anak-anak Ponogoro, Galunggung, Kebun Cengkeh dan Batumerah yang banyakan muslim, semua sudah menyatu konvoi dengan basudara kristen. Ini semua karena sesama fans Belanda. Jadi biarlah euforia ini. Yang penting jaga keamanan saja,” ucap Khalid saat saksikan konvoi fans Belanda di kawasan Urimesing. (SM-05)

Share:
Komentar

Berita Terkini