Mereka Mengenang Glenn Fredly, Salah Satu Wajah Keindahan Musik Indonesia

Share:

satumalukuID – Sejak dikabarkan meninggal dunia sore kemarin, para warganet membanjiri akun sosial media mereka dengan berbagai cerita kenangan, termasuk testimoni tentang Glenn Fredly Deviano Latuihamallo.

Bukan hanya di media sosial, sejumlah media mainstream juga ikut mengenang musisi humanis yang akrab disapa Glenn Fredly ini. Beberapa stasiun televisi memutar ulang acara khusus dengan suami Mutia Ayu tersebut. Begitu juga dengan sebagian besar radio di tanah air, yang memutar lagu-lagu musisi yang juga dikenal sebagai aktivis lingkungan ini.

Yang pasti, kenangan terhadap Glenn tidak hanya datang dari mereka yang bersahabat dekat dengannya. Para warganet yang punya modal respek dan mengapresiasi kiprah Glenn, dalam menyemarakkan dunia musik tanah air, jugaikut berbagi cerita tentang penyuka makanan rumahan atau warteg.

Berikut satumalukuID menghimpun untuk Anda, beberapa cerita kenangan dan testimoni terkait Glenn Fredly, dari mereka yang kenal dekat maupun kenal jauh.

Seto Parama Artho, salah seorang seniman sketch Indonesia, pada akun Instagram (IG)-nya @setoparama, menulis: Sejak mudaku aku penggemar Jazz. Sejak aku duduk di bangku SMP hingga Universitas musik Jazz Indonesia sangat hidup dan dihormati di dunia. Aku selalu menantikan hadirnya album terbaru dari beragam musisi dan penyanyi hingga berita mereka berpentas di forum internasional seperti North-Sea Jazz.

Tahun 90-an Industri musik di Indonesia berkembang pesat. Beragam band baru berkualitas bermunculan tetapi Jazz sedikit meredup, hingga tampilnya anak-anak muda seperti Tohpati dan kawan-kawan di era akhir 90-an. Glenn Fredly salah satunya. Mereka mengisi kerinduanku akan Jazz dalam balutan yang jiwa baru.

Glenn Fredly bertumbuh dalam dirinya yang makin matang dan mungkin tak selalu jazzy, tapi tak habis aku mengingat kehadirannya dalam memberikan kualitas yang baik pada industri musik Jazz Indonesia. Dan tak hanya menyanyi, Glenn Fredly juga pegiat kemanusiaan. Dia salah satu wajah keindahan musik Indonesia.

Selain Seto, ada juga Rahung Nasution. Lelaki yang dikenal berkat keseriusannya dalam mendokumentasikan budaya Indonesia ini, berbagi kenangan kedekatannya dengan Glenn. Dia menulis pada akun IG-nya @rahungnasution: Glenn Fredly adalah salah satu manusia paling humble yang saya kenal.

Dalam beberapa kali perjalanan, saya berkesempatan menemaninya. Di jalanan ia bersenda gurau dengan abang-abang becak, nyeker di kota Ambon dan menegur akrab siapa saja yang menyapanya, masuk ke dapur penduduk dan menemani mama-mama masak di pulau Haruku, datang ke acara Masyarakat Adat dengan gitar kopongnya, mendengar tutur para tetua dengan seksama, tak sungkan-sungkan pula Glenn nongkrong di emperan bersama tukang parkir dan belajar dari siapa saja.

Kami kehilangan sangat, kawan. Untuk komitmenmu pada kemanusiaan dan untuk segala kebaikanmu sebagai sahabat, kami akan selalu merayakannya, Bung! Respect in Peace.

Sedangkan, Callin Leppuy, salah satu aktivis gerakan Save Aru di Maluku menyebutkan pada dinding Facebook-nya: Hari ini semua orang Aru berduka atas kepergian seorang pejuang #savearu, Glenn Fredly. Musisi besar dan aktivis lintas isu yang tak kenal lelah.

Keterlibatannya membuat Aru terselamatkan dari bahaya ekologi besar. Selamat jalan “Bung Besar”, bangsa Maluku berduka, khususnya kami suku Aru. Kata upu Sekum Jacky Manuputty “berita kehilangannya lebih besar dari berita kematiannya” dan beta merasakannya. Tete Manis su tunggu bung besar dalam kedamaian. Hormate Kapitang…!

Sementara Direktur Yayasan Pusad Paramadina, Ihsan Ali Fauzi menuturkan pada dinding FB-nya: Sedih sekali mendengar kabar Glenn Fredly wafat. Why this wonderful human being?

Almarhum banyak membantu kerja-kerja riset & advokasi perdamaian kami, terutama terkait Ambon dan Maluku — dari kampanye buku “Carita Orang Basudara” hingga pelibatan kami dalam pembuatan “Beta Maluku” (filmnya bersama Angga Sasongko dll.).

Akhir tahun lalu dia mengajak saya ngobrol di M Block tentang musik Natal bergenre dangdut (album Barry Likumahua), antara lain bersama Pendeta Jacky Manuputty dan musikus Idang Rasyidi. Januari tahun ini, kami juga terlibat dalam kampanye “Hela Nusa Hitam” di M Blok, antara lain bersama Abidin Wakano dan Angga Sasongko.

Sesudah itu dia mengontak saya untuk menyiapkan workshop riset dan penulisan ttg musik pop di Indonesia, yang saya tanggapi dengan antusias. Kami masih rapat pada minggu ketiga Fabruari lalu, sebelum dia cuti karena isterinya melahirkan anak mereka. RIP, my friend! We’ll miss you!

Share:
Komentar

Berita Terkini