BMKG Ambon Lakukan Pengamatan Gerhana Matahari di Tugu Christina Martha Tiahahu

Share:

Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Kelas 1 Ambon, Luthfy Pary.

satumalukuID - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas I Ambon melakukan pengamatan fenomena Gerhana Matahari Hibrida sebagian di kawasan Tugu Christina Martha Tiahahu, Karang Panjang Ambon, pada 20 April 2023.

Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Kelas 1 Ambon, Luthfy Pary, di Ambon, Rabu (19/4/2023), mengatakan pengamatan Gerhana Matahari Hibrida dilakukan mulai pukul 10.30 WIT. 

Pada pemantauan gerhana matahari, lanjut dia, BMKG menyiapkan peralatan teropong yang bisa digunakan masyarakat untuk melihat langsung proses gerhana.

"Masyarakat yang ingin melihat fenomena gerhana matahari sebagian dapat datang langsung, karena kami terbuka untuk umum," kata Luthfy Pary.

Sebagian wilayah Maluku mengalami Gerhana Matahari Hibrida karena merupakan wilayah utara dan selatan dari jalur gerhana matahari total.

Durasi gerhana matahari sebagian itu dapat diamati di sejumlah wilayah Maluku, khususnya di Ambon selama 3 Jam 9 menit 28.7 detik yakni di pukul13:34 WIT. Sedangkan gerhana matahari total dapat diamati di Pulau Kisar, Kabupaten Maluku Barat Daya, pada 20 April 2023.

Gerhana matahari total dapat diamati di Pulau Kisar dengan durasi terlama di Indonesia yaitu Selama 3 Jam 10 menit 32 detik. Durasi puncak gerhana di Pulau Kisar selama satu menit lima detik pada pukul 13.22.56 WIT.

Ia menyatakan fenomena gerhana matahari pada 20 April 2023 itu merupakan Gerhana Matahari Hibrida.

Gerhana Matahari Hibrida terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi tepat segaris, sehingga di suatu tempat tertentu terjadi peristiwa piringan bulan yang teramati dari bumi lebih kecil daripada piringan matahari, dan tempat tertentu lainnya terjadi peristiwa piringan nulan yang teramati dari bumi sama dengan piringan matahari.

Gerhana Matahari Hibrida merupakan peristiwa gerhana matahari total dan cincin yang terjadi secara berurutan dalam satu fenomena, sehingga peristiwa itu relatif terjadi cukup langka.

Selain itu posisi pengamat mempengaruhi besar magnitudo gerhana yang akan teramati, sehingga pengamatan kedua gerhana tidak dapat dilakukan secara bersamaan dan dilokasi yang sama. (Penina Fiolana Mayaut/ant)
Share:
Komentar

Berita Terkini