Pemprov Maluku Gagas Desa Peduli TBC-Stunting untuk Tekan Kasus Baru

Share:

Duta Parenting Maluku Widya Pratiwi Murad saat pencanangan desa stunting dan peduli tuberkulosi (TBC) mandiri yang dibangun oleh Balai Kesehatan Paru Masyarakat ( BKPM ) Maluku di Desa Kataloka , Kecamatan Pulau Gorom , Kabupaten Seram Timur, Provinsi Maluku, Kamis (16/3/2023).
Photo: HO-Humas Pemprov Maluku/ant

satumalukuID - Pemerintah Provinsi Maluku menggagas desa stunting dan peduli tuberkulosi (TBC) mandiri yang dibangun oleh Balai Kesehatan Paru Masyarakat ( BKPM ) Maluku di Desa Kataloka , Kecamatan Pulau Gorom , Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) untuk menekan kasus baru.

“Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Kataloka , karena Kataloka merupakan salah satu lokus prevalensi penyakit TBC yang tinggi, nantinya hal yang sama juga akan dilanjutkan di daerah lain yang menjadi lokus TBC,” kata Duta Parenting Maluku Widya Pratiwi Murad, melalui taklimat media yang diterima di Ambon, Kamis (16/3/2023).

Menurut dia hal ini adalah bentuk perhatian BKPM Maluku dan jajarannya untuk berpartisipasi dalam pencegahan stunting dan TBC dengan terus menjalin kerja sama dengan dinas terkait.

Ia mengatakan gejala stunting dan TBC sendiri bisa dikatakan memiliki ciri yang hampir sama, oleh karena itu perlu kehati-hatian dalam menanganinya.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) , Indonesia kembali menduduki peringkat kedua setelah India dalam jumlah pengobatan TBC, sementara di Provinsi Maluku dengan persentase pasien TBC yang diobati sebanyak 48,5 persen berada di urutan ke-18 se-Indonesia dari 34 provinsi, dan untuk Kabupaten SBT menjadi provinsi kelima dari 11 kabupaten kota yang persentasenya 45,3 persen.

Sementara itu, data prevalensi stunting di Provinsi Maluku menduduki peringkat ke-13 se-Indonesia dengan persentase 26,1 persen, untuk SBT saat ini turun menjadi 24,1 persen yang sebelumnya sebesar 41,1 persen.

“Ini semua karena kepedulian Pemkab SBT dan Ina Parenting , dan saya yakin prevalensi stunting di SBT bisa turun lagi dan menjadi contoh bagi kabupaten lain,” katanya.

Menurutnya, upaya pemberantasan TBC di Maluku yang sistematis dan menyeluruh merupakan salah satu upaya mendukung program pemerintah dalam eliminasi TBC menuju tahun 2030 sekaligus sebagai upaya memutus mata rantai penularan penyakit TBC, penemuan kasus baru, pengobatan sampai sembuh, perbaikan lingkungan dan perbaikan gizi sangat berkaitan dengan penurunan prevalensi stunting .

“Saya menyambut baik terbentuknya dan berdirinya desa mandiri TBC stunting di Kecamatan Gorom SBT , artinya desa ini merupakan desa yang warganya bergotong royong untuk menemukan kasus TBC, sehingga dapat diobati sampai sembuh dengan memerhatikan untuk perbaikan gizi dan lingkungan, guna menurunkan prevalensi serta stunting,” katanya.

Ia menyatakan penggerak program kegiatan ini adalah kader yang dibekali pengetahuan tentang TBC dan stunting untuk kemudian bekerja di pojok perawatan TB- stunting di kantor Desa Kataloka atau kantor Kecamatan Pulau Gorom.

“Sehingga diharapkan semua masyarakat yang mendapatkan pelayanan, harus mendapatkan informasi, edukasi, tentang TBC dan stunting , dari para kader yang bertugas di pojok peduli TBC- aunting yang telah dicanangkan,” ujarnya.

Pada kesempatan itu juga diserahkan bantuan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Keluarga tahun 2023 kepada 7 desa di Kecamatan Pulau Gorom dengan total bantuan Rp30 juta per desa.

Turut hadir dalam kesempatan itu Gubernur Maluku Murad Ismail, Bupati SBT dan SBT Ina Parenting , Sekda Maluku Sadali Ie dan istri, Sekda Kabupaten SBT dan istri, Pimpinan OPD di lingkungan Pemprov Maluku dan Pemkab SBT , Kepala Puskesmas Paru dan masyarakat. (Ode Dedy Lion Abdul Azis/ant)
Share:
Komentar

Berita Terkini