Investasi Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara

Share:

Ribuan Tenaga Kerja Asing berbondong-bondong datang ke Maluku Utara untuk bekerja di perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan.

satumalukuID - Dalam kondisi ekonomi nasional yang mulai bergeliat setelah  terdampak pandemi COVID-19,  perekonomian di Provinsi Maluku Utara juga menunjukkan pertumbuhan. Industri pengolahan dan pertambangan merupakan dua sektor yang memberi kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi  di provinsi yang memiliki sepuluh kabupaten/kota ini. 

Data Bank Indonesia setempat menyebutkan bahwa perekonomian Provinsi Maluku Utara pada triwulan II 2022 tetap tumbuh sebesar 27,74 persen  (yoy), meskipun mengalami deselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 28,33 persen (yoy).

Presiden Joko Widodo pada Rapat Kerja Nasional Investasi tahun 2022 di Jakarta akhir bulan lalu menyampaikan pujian kepada Provinsi Maluku Utara atas keberhasilan menorehkan pertumbuhan ekonomi sebesar 27,74 persen yang digambarkannya sebagai pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia.

Besarnya kontribusi sektor industri pengolahan dan pertambangan terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi berpenduduk 1,3 juta jiwa ini, menjadi bukti bahwa saat ini investasi tidak hanya terpusat di Pulau Jawa, tetapi juga di luar Pulau Jawa, diantaranya di Maluku Utara.

Selain itu, juga memberi gambaran bahwa iklim investasi di Maluku Utara sangat baik, tidak saja dari segi keamanan investasi dan dukungan infrastruktur tetapi juga dari segi kemudahan investasi yang diberikan pemerintah daerah setempat.

Data dari Pemerintah Provinsi Maluku Utara melalui Kepala  Dinas Penanaman Modal dan. Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)  Maluku Utara,  Bambang Hermawan, menyebut  dari total Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 37 triliun ini terdiri triwulan I Rp 12 triliun dan triwulan II Rp 19 triliun. 

Nilai investasi terbesar di Maluku Utara adalah sektor industri pengolahan dan pertambangan, khususnya pertambangan nikel dan emas yang tersebar di sejumlah kabupaten, seperti Halmahera Timur, Halmahera Tengah, dan Halmahera Selatan.

Salah satu perusahaan tambang yang berinvestasi di provinsi perbatasan ini adalah Harita Nikel, anak perusahaan PT Harita Group yang sejak 2016 membangun industri peleburan nikel saprolit,  dan sejak 2021 telah memiliki pula pengolahan dan pemurnian nikel limonit.

Perusahaan tambang yang berlokasi di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan itu, menurut Direktur Utama PT Trimegah Bangun Persada (PT TBP), unit bisnis Harita Nickel, Donald J Hermanus, juga akan menghasilkan nikel sulfat dan kobalt sulfat sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik, sehingga akan semakin meningkatkan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Maluku Utara.

Investasi di Maluku Utara diprediksi akan terus meningkat karena banyak investor dari dalam dan luar negeri yang telah menyatakan minatnya untuk berinvestasi di provinsi ini, terutama di Kabupaten Pulau Morotai.

Kabupaten Pulau Morotai banyak diminati investor, khususnya yang akan bergerak di bidang usaha perikanan dan pariwisata, karena daerah itu telah dikembangkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan salah satu dari 10 daerah pengembangan pariwisata utama di Indonesia.


Inflasi Rendah

Maluku Utara mendapat pujian dari presiden Joko Widodo, selain karena keberhasilan mencapai pertumbuhan ekonomi 27 persen, juga karena kemampuannya dalam mengendalikan inflasi daerah di tengah naiknya harga kebutuhan pokok dan barang akibat naiknya harga bahan bakar minyak (BBM).

Angka inflasi di provinsi yang terkenal dengan hasil rempah ini sampai November 2022 tercatat 3,3 persen atau merupakan yang terendah dari seluruh provinsi di Indonesia, dan pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada  triwulan III-2022 0,47 Persen (Q-to-Q) dengan kumulatif III-2022 26,94 Persen (C-to-C).

Deputi Bank Indonesia perwakilan Maluku Utara, Setian, memaparkan sejumlah strategi yang dilakukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) provinsi dan kabupaten/kota di Maluku Utara dalam mengendalikan inflasi di provinsi ini.

Pada triwulan III  tahun 2022 pertumbuhan ekonomi Maluku Utara  tercatat sebesar 24,8 persen, jauh lebih tinggi dibanding PDB nasional yang berada di angka 5,7 persen. Prestasi gemilang Maluku Utara di tengah pelemahan ekonomi global dan ancaman resesi ini ditopang oleh industri pengolahan dan pertambangan nikel.

Industri pengolahan berkontribusi sebesar 29,5 persen terhadap perekonomian Maluku Utara, sementara pertambangan sebesar 16,8 persen.

Strategi itu mencakup 4 K yakni Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi dan Komunikasi efektif. Strategi ini terbukti berhasil menempatkan Maluku Utara sebagai daerah dengan inflasi terendah di Indonesia.

Khusus untuk mewujudkan keterjangkauan harga, Bank Indonesia bersama TPID setempat rutin melakukan sidak di pasar dan memantau perkembangan harga komoditas yang dikonsumsi masyarakat serta melakukan operasi pasar murah.

Sedangkan untuk mewujudkan ketersediaan pasokan,  Bank Indonesia bersama TPID turun langsung ke petani di sentra produksi, seperti di Kabupaten Halmahera Barat, Halmahera Timur, dan Kabupaten Halmahera Utara.

Selain itu, melakukan kerja sama dengan sejumlah provinsi di Sulawesi dan Jawa, seperti Sulawesi Utara dan Jawa Timur untuk mendukung ketersediaan pasokan kebutuhan pokok di Maluku Utara, terutama untuk kebutuhan pokok yang belum dapat dipenuhi sendiri di provinsi ini.

Kelancaran distribusi di antaranya diupayakan dengan cara memastikan para distributor dan agen mengirim stock ke pasar secara tepat waktu dan sesuai kebutuhan, sementara komunikasi efektif diimplementasikan melalui kordinasi rutin dengan semua pihak terkait.

Pengamat ekonomi dari Universitas Khairun Ternate, DR Muhtar Adam, melihat besarnya kontribusi industri pengolahan dan pertambangan terhadap pertumbuhan ekonomi Maluku Utara yang mencapai 27 persen itu, sehingga dipastikan yang lebih banyak menikmati hasilnya adalah kedua sektor itu.

Oleh karena itu, pelaku usaha industri pengolahan dan pertambangan di Maluku Utara harus memiliki komitmen moral untuk membagi sebagian hasil yang dinikmati dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu kepada masyarakat setempat agar masyarakat lebih sejahtera.

Komitmen moral itu dapat diimplementasikan pelaku usaha industri pengolahan dan pertambangan dengan cara menyerap sebanyak-banyaknya tenaga kerja lokal dan menampung produk pelaku usaha kecil menengah (UKM) setempat.

Perekonomian di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2022 diproyeksikan mengalami akselerasi dibandingkan tahun 2021 sejalan dengan semakin pulihnya kondisi perekonomian setelah membaiknya penanganan pandemi COVID-19 serta tingginya percepatan perekonomian yang ditopang oleh industri pengolahan nikel. (Abdul Fatah/ant)
Share:
Komentar

Berita Terkini