10 Sekolah di Kota Ambon Fokus Penerapan Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Musik

Share:

satumalukuID – Sebanyak 10 sekolah tingkat sekolah dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kota Ambon menjadi fokus penerapan kurikulum muatan lokal wajib pendidikan musik.

“Sebanyak 10 sekolah tersebut ada di 10 destinasi wisata musik di kota Ambon, sebagai upaya terobosan untuk mempertahankan ekosistem musik pada kota musik dunia, ” kata Tim kurikulum muatan lokal wajib pendidikan musik kota Ambon, Pamela Mercy Papilaya, Minggu (15/5/2022).

Ia mengatakan, alat musik tradisional ditetapkan dalam kurikulum muatan lokal tingkat SD yakni tifa, suling bambu, rebana dan ukulele.

Sedangkan SMP yakni tifa, suling bambu, rebana, ukulele, totobuang dan hawaiian.

“Kurikulum musik yang disiapkan dirancang ideal mungkin untuk menjawab kebutuhan kota Ambon sebagai kota kreatif berbasis musik,” katanya.

Ia menjelaskan, kurikulum mulok musik yang disusun tim telah memasuki tahun ke dua pelaksanaan dan harus dilakukan pelatihan peningkatan bagi para pengajar.

Upaya tersebut dilakukan karena tenaga pengajar musik yang memiliki kualifikasi pendidikan hanya satu orang, sedangkan lainnya otodidak sehingga harus dilakukan peningkatan kapasitas, tambahnya.

Para guru katanya, akan dilatih membuat perangkat persiapan pembelajaran yakni menyusun bahan ajar, menyusun lembaran peserta didik dan evaluasi pembelajaran agar memiliki kompetensi profesionalisme yakni kemampuan pedagogik yang berkualitas.

“Selain itu dilakukan pendalaman materi dan pembelajaran inovasi, sehingga siswa bisa berkreasi dan pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru, tetapi ke siswa, ” ujarnya.

Ia menambahkan, Pemkot Ambon juga akan melakukan pengadaan alat musik sesuai konsentrasi musik di setiap lokasi.

“Kita akan bagi sesuai konsentrasi musik, misalnya ukulele, rebana, suling bambu dan lainnya, karena setiap sekolah mempunyai ikon tersendiri, tetapi dalam kurikulum musik akan diajarkan seluruh alat musik tradisional,” katanya.

Share:
Komentar

Berita Terkini