Sempat Dihadang, Pembongkaran Lapak Pedagang Pasar Mardika Ambon Tetap Dilaksanakan

Share:

satumalukuID- Meski sempat ditolak dan dihadang ratusan orang Pedagang Kaki Lima (PKL) dan mahasiswa, proses pembongkaran lapak tetap dilaksanakan Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon di Pasar Mardika, Kecamatan Sirimau, Kamis(24/6/2021).

Pantauan satumaluku.id, hingga pukul 12.10 WIT, pembongkaran lapak oleh satu unit kendaraan alat berat berakhir. Proses pembongkaran dikawal ketat oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol Pp) yang dibackup aparat kepolisian dan TNI.

Tampak, setengah dari lapak-lapak pedagang yang berdiri mengitari gedung putih, bangunan pasar yang akan direvitalisasi tersebut, rata dengan tanah.

Sejumlah pedagang terlihat sedang mengambil puing-puing lapak tersisa yang bisa dimanfaatkan kembali seperti kayu dan papan.

Ibu Nona, seorang pedagang yang ditemui mengaku sangat menyesali sikap arogansi oleh Pemkot Ambon yang dikawal aparat kepolisian dan TNI.

Dia mengaku, aksi protes yang dilakukan para pedagang bukan untuk menggagalkan proses revitalisasi Pasar Mardika.
Mereka hanya ingin menagih janji Wali Kota, yang sampai saat ini belum direalisasi.

Menurut Nona, saat para pedagang menggelar aksi unjuk rasa pada 7 Juni 2021 lalu, Wali Kota mengaku akan berkoordinasi dengan Gubernur Maluku Murad Ismail.

Koordinasi dengan Gubernur, kata Nona mengutip pernyataan Wali Kota Ambon kala itu, yakni untuk membicarakan lokasi kosong di sekitar benteng Viktoria, depan Jalan Pantai Losari Ambon.

Kawasan kosong itu, kata dia, diharapkan bisa dipakai atau ditempati sementara oleh pedagang sambil menunggu proses revitalisasi pasar Mardika selesai.

“Padahal katong (kami) tunggu-tunggu sampai sekarang, bukan solusi yang katong dapatkan sesuai janji Wali Kota tapi borduser (bulldozer) yang datang par (untuk) bongkar, tanpa ada kompromi lagi. Katong tuntut janji Wali Kota,” katanya.

Menyoal terkait relokasi pedagang di pasar Transit Passo, Nona mengaku tempat tersebut tidak layak, karena jauh dari pusat kota. Bahkan, pasar itu sepi dari pembeli.

 

“Sedangkan semua orang dari Passo, Waiheru saja datang belanja di Ambon, lalu bagaimana dong (Pemkot) mau taru katong (tempatkan kami) di Passo. Itu tampa seng (tempat tidak) layak. Katong seng setuju kalau dipindahkan ke Passo. Itu saja yang katong minta,” harapnya.

Nona mengaku para pedagang siap ditempatkan di mana saja untuk mereka berjualan menafkahi keluarga. Asalkan yang berada di sekitaran pusat Kota Ambon, bukan di pasar Transit Passo.

“Katong seng menolak pembongkaran, yang penting tempatkan katong di tempat yang layak, terserah di dalam kota sini, tapi kalau di Passo katong menolak, di Viktoria ka di mana ka,” tandasnya.

Share:
Komentar

Berita Terkini