Meski di Tengah Pandemi Covid-19, Siswi dari Ambon Bisa Ikut Pertukaran Pelajar di Jepang

Share:

Sasha akhirnya bernafas lega. Gadis remaja dengan nama lengkap Syalaisha Shaffa Nathania Ramadhani ini, akhirnya bisa menginjakkan kakinya di Bandara Narita, Tokyo, Jepang, pada Jumat (13/11/2020). Meski dalam kondisi pandemi Covid-19.

Siswi kelas XII SMA Negeri Siwalima Ambon ini beruntung lolos Asia Kakehashi Project yang seleksinya di Indonesia melalui Bina Antarbudaya, yang merupakan lembaga nirlaba non-pemerintah pengelola program pertukaran pelajar di Indonesia.

Sebagai mitra dari organisasi internasional AFS Intercultural Programs, setiap tahunnya Bina Antarbudaya menerima dan mengirimkan banyak siswa/siswi ke berbagai penjuru dunia dengan misi untuk saling mengenal kebudayaan masing-masing, termasuk ke Jepang.

Nah Proyek Asia Kakehashi adalah program beasiswa yang didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains, dan Teknologi (MEXT) Jepang, diberikan kepada siswa Sekolah Menengah Atas Indonesia, dengan tujuan untuk menjembatani pemahaman budaya antara siswa Sekolah Menengah Asia dan Jepang. Program Kakehashi didirikan pada tahun 2018.

Selama program, Sasha akan pergi ke sekolah menengah Jepang dan tinggal bersama keluarga Jepang dengan berbagai latar belakang yang tersebar di seluruh negeri.

Meski baru sebulan lebih berada di Jepang, puteri dari Hi. Man dan Widya Hermayani ini mengaku sudah belajar lumayan banyak hal. “Terutama tentang bahasa Jepang, menghargai waktu, tentang kesopanan, dan tentang disiplin,” ujarnya kepada satumalukuID, melalui pesan WhatsApp, Kamis (31/12/2020).

Sebelumnya, kepada satumalukuID di Ambon, awal November lalu, Sasha yang ikut AFS Kakehasi pada program bulan Oktober 2019 dan pemberangkatan bulan Maret 2020 ini, mengaku agak khawatir tidak bisa berangkat karena kondisi pandemi Covid-19.

“Padahal persiapan sudah 90%, tinggal di Jakarta nanti divaksin dan tes Swab PCR saja. Yang pasti saat mendengar kabar Covid-19, sangat khawatir karena berpengaruh dengan durasi kegiatan. Was-was namun terbayarkan dengan email yang masuk memastikan persiapan keberangkatan,” tutur Sasha saat masih di Ambon, Sabtu (7/11/2020).

Menurut dia, jadwal keberangkat harusnya dari Maret 2020. Namun molor dan membuatnya khawatir. Titik cerahya baru ada pada awal bulan September 2020.

“Meski berangkat dalam kondisi pendemi Covid-19, tapi orang tua saya sangat mempercayai penanganan dari AFS Intercultural Programs. Karena tidak mungkin memberangkatkan kalau protokol kesehatannya tidak lengkap dan tidak dipatuhi,” ungkap Sasha.

Orang tua Sasha sendiri sangat memperhatikan penerapan protokol kesehatan bagi keluarganya. Sebab dengan cara ini kata Sasha, bisa memutus mata rantai penyebaran Covid-19, dan paling efektif dimulai dari lingkungan keluarga.

Itu sebabnya Sasha bisa beradaptasi dengan penerapan protokol kersehatan terkait Covid-19 di Jepang.

“Di sini (Jepang) semua orang patuh dan disiplin dengan protokol kesehatan. Di setiap sudut, pasti disediakan handsanitizer dan tempat cuci tangan. Dan yang paling bikin wow bagi saya, di sini pengecekan suhunya sudah otomatis menggunakan sensor dari camera display,” papar Sasha kepada satumalukuID, Kamis (31/12/2020).

Melalui satumalukuID, Sahsa mengajak teman-temannya yang saat ini sementara mengikuti seleksi program yang sama, untuk pertukaran pelajar gelombang berikut, untuk menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin. Sehingga ketika akhirnya lolos dan diberangkatkan ke negera tujuan, tetap dalam kondisi sehat dan bisa beradaptasi di sana.

“Mari kita selalu mematuhi protokol kesehatan. Memakai masker jika keluar rumah, rajin mencuci tangan menggunakan air mengalir atau hand sanitzer, serta selalu menjaga jarak dan menghindari keramaian. Semoga kita selalu dijauhkan dari virus Covid-19,” pesan Sasha.

Share:
Komentar

Berita Terkini