Gelontorkan Rp.3.8 M Uang Pribadi Selama 5 Tahun Kegiatan CCI, Dwi Prihandini: Demi Disabilitas dan Kaum Marjinal di Maluku

Share:

satumalukuID – Lembaga kemanusiaan Clerry Cleffy Institute (CCI), yang selama lima (5) tahun, berkiprah di Maluku, sudah melakukan kegiatan atau pelayanan yang sesuai dengan visi misinya. Terutama adalah menekankan perhatian kepada disabilitas serta kaum marjinal di seluruh Maluku.

Pernyataan tersebut disampaikan pendiri dan Direktur CCI Dwi Prihandini, saat peringatan HUT CCI ke-5, yang digelar secara sederhana di Skybar Swiss Belhotel, Ambon, Jumat (12/2/2021).

Menurut Dwi, dana yang sudah dia gelontorkan selama ini dari kocek pribadinya untuk Maluku, dengan membiayai kegiatan CCI, total keseluruhannya sekitar Rp.3,8 milyar. Ini belum termasuk tiket pesawat dan lain-lain.

Selama 5 tahun ini, kata Dwi, selayaknya organisasi atau lembaga nirlaba lainnya, tentu kendala terbesar adalah bagaimana memaintanace kondisi keuangan, dengan idealisme yang cukup tinggi dalam pelayanan, mengingat dirinya tidak membuka rekening dan donasi bagi CCI.

“Hal tersebut akhirnya menjadi tanggung jawab saya secara pribadi. Sehingga dalam perjalanannya, saya harus menjual beberapa aset pribadi untuk pelayanan. Kemudian selain tantangan keuangan, dimana saya harus melakukan kegiatan lebih ekstra untuk membiayai semua aktivitas CCI, tantangan lainnya adalah diskriminasi bahkan intimidasi dari oknum-oknum tertentu,” ungkap Dwi.

Kadang dia merasa, mungkin karena dirinya bukan orang Maluku, sehingga ada pihak-pihak tertentu melihat dia kemungkinan punya tendensi tertentu. Ini menjadi salah satu aspek yang menyulitkan langkah Dwi juga. Termasuk memberatkan langkah para relawan CCI.

“Bagaimana mereka merasa insecure melakukan kegiatan, dimana pemimpin mereka adalah bukan orang Maluku. Apalagi saya menanamkan standar yang cukup tinggi untuk relawan saya, termasuk regulasi, atitude, dan sebagainya,” imbuhnya.

Dwi sadar, ini menjdi tantangan tersendiri. Apalagi ada isu-isu yang juga menjadi tantangan, yaitu yang berkaitan dengan keterlibatan dalam kegiatan di Maluku. “Saya merasakan bahwa ada orang-orang atau oknum-oknum tertentu, yang mengira saya ada kaitannya dengan politik atau anggota partai yang mau maju dalam pilkada atau pemilihan anggota legislatif,” ujarnya.

Bahkan sempat di Kepulauan Aru, Dwi mendapatkan intimidasi dari beberapa orang, yang bahkan hingga sampai saat ini belum ketahuan motif dari pelakunya. “Padahal polisi sudah mengantongi nama, tapi para pelakunya belum juga tertangkap hingga saat,” sesal Dwi.

Dia menuturkan, memang hal-hal tersebut cukup menyita pikirannya. Di dua tahun pertama CCI berdiri, diakuinya itu memang sangat berat. Artinya karena dirinya merasa dan berpikir bahwa CCI didirikan oleh kontribusi dari almarhum sang suami, Clerry.

“Clerry membuat saya berani membuat pelayanan di Maluku. Pada saat itu saya mendapatkan banyak tantangan. Karena mungkin pada saat itu saya cukup keras menanamkan nilai-nilai pada relawan saya. Saya cukup idealis dalam melakukan pelayanan,” ujarnya.

Namun beberapa tahun belakangan ini, Dwi mendapati, memang situasi mejadi berbalik. Orang-orang yang tadinya tidak menyukai dia tiba-tiba menjadi baik. Ada yang mengaku kagum dengan Dwi, dan menjadi ramah dengan dirinya. Padahal sebelumnya mereka tidak pernah mau tahu, Dwi Prihandini itu siapa? Dan dia merasa ada perubahan sikap dari orang-orang yang semula tidak menyukainya.

“Sampai saat ini, pelayanan untuk disabilitas yang sudah CCI lakukan adalah sebanyak 400 disabilitas di seluruh Maluku. Separuhnya yakni 200 anak, berada di Kepuluan Aru. Selain itu yang sudah kami lakukan adalah bantuan alat bantu jalan, sebanyak 75 kursi roda bagi anak dan dewasa,” ungkap Dwi.

Pihaknya kata Dwi, juga membantu alat bantu jalan berupa tongkat sebanyak 26 buah. Kemudian ada santunan dengan jumlah sebanyak 365 orang, yang angka besarannya bervariasi. Selanjutnya modal usaha disabilitas, yang diberikan CCI kepada 95 orang baik di Maluku maupun di Maluku utara.

“Di masa pandemi covid-19 ini, CCI juga memberikan bantuan alat komunikasi berupa HP, kepada anak-anak marjinal, terutama agar mereka bisa mengikuti belajar jarak jauh dalam kondisi pendemi Covid-19 ini.  Lalu bantuan modal usaha bagi perempuan marjinal sebanyak 36 orang di Maluku, santunan kematian pasca gempa diberikan kepada 29 orang, kemudian beasiswa pendidikan 146 anak dengan besaran bervariasi, termasuk diantaranya untuk anak dengan HIV AIDS, atau anak dengan orang tua HIV AIDS. Termasuk kepada anak dari jurnalis, kemudian anak-anak atlet di daerah ini,” papar Dwi.

Terakhir pihaknya, kata Dwi, memberikan hadiah sepeda kepada anak-anak di Maluku, dengan kondisi marjinal. Harapannya lanjut dia, anak-anak tersebut semakin termotivasi untuk meneruskan sekolahnya.

“Semua ini CCI lakukan pada sembilan (9) kabupaten/kota di Maluku. Ada dua kabupaten yang kita belum lakukan pelayanan di sana, yaitu di Kabupaten Buru dan Kabupaten Buru Selatan,” terangnya.

Kegitan lainnya, menurut Dwi, adalah kegiatan bersama mitra-mitra tetap CCI yaitu Rumah Beta Maluku (RBM), dan Yayasan Peduli Inayana Maluku (YPIM). “Bentuk kegiatannya bervariasi, RBM bantuan berupa pelatihan-pelatihan, seperti pelatihan menulis, dukungan untuk kemandirian, bantuan mesin cuci untuk usaha laundry, serta penulisan dan penerbitan buku. Ada juga beasiswa kepada anak dengan HIV, anak dengan orang tua HIV AIDS. Beasiswa sudah 2 tahun diberikan, yaitu pada tahun 2019 (26 orang anak) dan 2020 (27 anak),” paparnya.

Sedangkan untuk mitra YPIM, CCI menggelar workshop stop bullying di beberapa lokasi, diantaranya SMA Negeri 9, SMA Kartika Ambon, pondok pesantren dan lain-lain.

“Kemudian dukungan pasca gempa, penyerahan kursi roda di lokasi tempat YPIM melakukan pendampingan. Ada pula sumbangan Nataru. Dukungan untuk pendampingan juga ada di tahun 2019. Ini dukungan pendampingan kasus oleh YPIM,” ujar Dwi.

Selain dua lembaga mitra itu, Dwi mengaku, CCI juga memberikan bantuan khusus kepada Gereja Protestan Maluku (GPM) dalam dua tahun ini, melalui Sinode GPM dan juga lewat Gereja Silo Ambon, dengan total bantuan sebesar Rp.328 jt.

“Di luar itu semua, CCI sendiri juga memberikan perhatian untuk kesejahteraan relawan, yang mendapatkan porsi yang cukup besar juga. Sebab mereka banyak membantu saya dan mereka kebanyakan orang Maluku. Jadi saya merasa harus memperhatikan mereka, karena tidak mudah untuk membantu saya dengan kualifikasi yang saya inginkan. Karena itu dana untuk kesejahteraan relawan ini cukup besar,” tandasnya.

Dwi berharap kedepan, seperti sebelumnya, CCI tetap menjalankan kegiatan sesuai visi misi di Maluku. Tetap melakukan kegiatan dengan membuka rekening dan donasi.

“Saya mengingatkan semua relawan untuk tetap fokus menjalankan pelayanan, biar saya yang mencari uang. Apalagi mereka ini orang-orang Maluku yang basicnya bukan aktifis. Ada enterpreuner, atau akademisi jadi saya pikir untuk pelayanan yang dibutuhkan kondisi fisik untuk menghadapi geografis saya yang keliling, mereka biar di dalam kota Ambon,” ujarnya.

Kedepannya, Dwi meminta, CCI semakin solid khususnya internal dan semakin memberikan pelayanan yang maksimal. “Bahkan pelayanan yang tidak hanya melakukan pemberian bantuan tapi juga membangun raport dengan yang sudah kita layani,” pungkasnya.

 

Share:
Komentar

Berita Terkini